Fanny, Inspirasi Kartini Digital dari Pontianak

Jakarta - Semangat Kartini dan kisah inspiratif datang dari Fanny Evrita. Wanita asal Pontianak, Kalimantan Barat ini tak menjadikan keterbatasan yang dimilikinya sebagai halangan untuk berkarya.
Kondisi kaki Fanny tidak normal. Bagian kirinya lebih besar dibandingkan kaki kanan. Hal ini membuat Fanny harus selalu mengenakan rok panjang untuk menutupinya.
Pada 2014, lulusan S1 Ekonomi Manajemen dari Universitas Tanjungpura, Pontianak ini pernah bekerja di salah satu bank swasta di daerah asalnya. Namun tak lama kemudian dia dipecat lantaran peraturan kantor tidak memperbolehkan menggunakan rok panjang.
Mendapatkan perlakuan seperti itu, justru membuat Fanny banyak belajar dan semakin kuat. Tak patah semangat, dia berpikir keras untuk bisa bersaing dengan orang normal.
Kemudian pada 2016, Fanny yang saat kini usianya menginjak 26 tahun, mencoba peruntungannya di Jakarta. Sampai akhirnya, dia bertemu dengan Angkie Yudistia, pendiri ThisAble Social Enterprise yang juga merupakan penyandang tunarungu.
ThisAble Enterprise merupakan startup bagi kaum difabel untuk bisa menjadi seorang difableprenuer digital. Istilah difablepreneur sendiri adalah sebutan mereka untuk para difabel yang berkecimpung menjadi entepreneur digital.
Caranya, tentu dengan memanfaatkan teknologi dan internet hingga bisa mandiri secara ekonomi. Fanny pun didapuk untuk menjabat sebagai Head of Product Development.
"Difableprenuer di sini kita juga mengajarkan kepada para disablitas untuk awareness, karena kita tidak ingin dipandang sebagai minta belas kasihan, tapi kita maunya diberi sebuah kesempatan," kata Fanny.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi oleh disabilitas akan memudahkan mereka dalam berbagai hal. Misalnya, dalam hal transportasi. Dengan mengecek aplikasi transportasi, mereka tidak perlu bingung bagaimana dan apakah akses jalanan mereka bisa dilalui oleh kaum disabilitas.
"Karena teman-teman disabilitas permasalahannya selain di ekonomi, juga soal transportasi, accesibility gedung untuk teman-teman disablitas berkegiatan agak susah," paparnya.
Untuk urusan ekonomi, di era digital, tidak perlu berpikir modal besar untuk punya toko. Kita bisa melakukan apa saja asal kreatif dan memasarkannya di internet.
Kiprah Fanny di ThisAble
Sebagai anak rantau, banyak hal sulit dirasakan Fanny di Jakarta. Berawal saat ia bergabung di ThisAble pada 2016, dia mencoba merintis usaha kreatif pertamanya di sektor kecantikan dengan merilis produk-produk yang dinamai 'ThisAble Beauty Care'.
"Tantangan berkali-kali lipat, karena banyak hal yang belum aku kuasai, marketing produk dengan relasi yang terbatas, semuanya serba terbatas deh pada saat memulai usaha Thisable Beauty Care ini. Tapi aku selalu berpikir positive dan optimis. Proses yang dilalui pastinya tidak mudah, tapi pengalaman menikmati proses adalah hal yang berharga," ujarnya.
Jerih payahnya berbuah kebanggaan karena kini produknya sudah memiliki BPOM dan lulus sertifikat halal. Respons masyarakat pun begitu besar, apalagi ketika mereka tahu jika produk tersebut dibuat oleh difabel.
"Saat produk ini mulai diperkenalkan kepada konsumen, mereka sangat mengapresiasi produk yang di buat oleh disabilitas tapi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat ini," ujarnya.
Belajar dari pengalaman hidupnya, Fanny menyemangati perempuan lain, terutama bagi mereka yang merupakan kaum difabel.
"Berhenti membanding-bandingkan kemampuanmu dengan orang lain. Setiap orang punya kemampuan dan pencapaian yang berbeda-beda yang tidak untuk dibanding-bandingkan. Just concentrate on your passion. Your disability doesn't prevent you doing well," pesannya. (jsn/rns)
Kondisi kaki Fanny tidak normal. Bagian kirinya lebih besar dibandingkan kaki kanan. Hal ini membuat Fanny harus selalu mengenakan rok panjang untuk menutupinya.
Related
![]() |
Pada 2014, lulusan S1 Ekonomi Manajemen dari Universitas Tanjungpura, Pontianak ini pernah bekerja di salah satu bank swasta di daerah asalnya. Namun tak lama kemudian dia dipecat lantaran peraturan kantor tidak memperbolehkan menggunakan rok panjang.
Mendapatkan perlakuan seperti itu, justru membuat Fanny banyak belajar dan semakin kuat. Tak patah semangat, dia berpikir keras untuk bisa bersaing dengan orang normal.
Kemudian pada 2016, Fanny yang saat kini usianya menginjak 26 tahun, mencoba peruntungannya di Jakarta. Sampai akhirnya, dia bertemu dengan Angkie Yudistia, pendiri ThisAble Social Enterprise yang juga merupakan penyandang tunarungu.
ThisAble Enterprise merupakan startup bagi kaum difabel untuk bisa menjadi seorang difableprenuer digital. Istilah difablepreneur sendiri adalah sebutan mereka untuk para difabel yang berkecimpung menjadi entepreneur digital.
Caranya, tentu dengan memanfaatkan teknologi dan internet hingga bisa mandiri secara ekonomi. Fanny pun didapuk untuk menjabat sebagai Head of Product Development.
"Difableprenuer di sini kita juga mengajarkan kepada para disablitas untuk awareness, karena kita tidak ingin dipandang sebagai minta belas kasihan, tapi kita maunya diberi sebuah kesempatan," kata Fanny.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi oleh disabilitas akan memudahkan mereka dalam berbagai hal. Misalnya, dalam hal transportasi. Dengan mengecek aplikasi transportasi, mereka tidak perlu bingung bagaimana dan apakah akses jalanan mereka bisa dilalui oleh kaum disabilitas.
"Karena teman-teman disabilitas permasalahannya selain di ekonomi, juga soal transportasi, accesibility gedung untuk teman-teman disablitas berkegiatan agak susah," paparnya.
Untuk urusan ekonomi, di era digital, tidak perlu berpikir modal besar untuk punya toko. Kita bisa melakukan apa saja asal kreatif dan memasarkannya di internet.
Kiprah Fanny di ThisAble
Sebagai anak rantau, banyak hal sulit dirasakan Fanny di Jakarta. Berawal saat ia bergabung di ThisAble pada 2016, dia mencoba merintis usaha kreatif pertamanya di sektor kecantikan dengan merilis produk-produk yang dinamai 'ThisAble Beauty Care'.
"Tantangan berkali-kali lipat, karena banyak hal yang belum aku kuasai, marketing produk dengan relasi yang terbatas, semuanya serba terbatas deh pada saat memulai usaha Thisable Beauty Care ini. Tapi aku selalu berpikir positive dan optimis. Proses yang dilalui pastinya tidak mudah, tapi pengalaman menikmati proses adalah hal yang berharga," ujarnya.
Jerih payahnya berbuah kebanggaan karena kini produknya sudah memiliki BPOM dan lulus sertifikat halal. Respons masyarakat pun begitu besar, apalagi ketika mereka tahu jika produk tersebut dibuat oleh difabel.
![]() |
"Saat produk ini mulai diperkenalkan kepada konsumen, mereka sangat mengapresiasi produk yang di buat oleh disabilitas tapi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat ini," ujarnya.
Belajar dari pengalaman hidupnya, Fanny menyemangati perempuan lain, terutama bagi mereka yang merupakan kaum difabel.
"Berhenti membanding-bandingkan kemampuanmu dengan orang lain. Setiap orang punya kemampuan dan pencapaian yang berbeda-beda yang tidak untuk dibanding-bandingkan. Just concentrate on your passion. Your disability doesn't prevent you doing well," pesannya. (jsn/rns)
Sumber
0 Response to "Fanny, Inspirasi Kartini Digital dari Pontianak"
Post a Comment