Huawei P10: Performa Biasa, Kamera Luar Biasa

Jakarta - Ajang Mobile World Congress (MWC) yang hampir setiap tahunnya diadakan selalu menjadi momentum sejumlah produsen teknologi untuk unjuk gigi inovasi terbarunya. Hal ini pun turut disadari oleh Huawei guna memamerkan ponsel terbarunya, yakni Huawei P10 dan P10 Plus.
Menempuh jarak belasan ribu kilometer dari Jakarta menuju Barcelona, Spanyol, tim detikINET beruntung bisa menghadiri prosesi peluncuran yang disesaki oleh ratusan wartawan dari berbagai penjuru dunia. Rupanya, mereka penasaran dan ingin melihat secara langsung seperti apa ponsel terbaru dari Huawei ini.
Tidak heran memang. Karena seperti yang diucapkan oleh CEO of Huawei Consumer Business Group, Richard Yu, seri P menjadi salah satu seri ponsel terbaik di dunia. Berkat gebrakan yang dihadirkan di P9 tahun 2016 lalu, maka peluncuran P10 pun menjadi momen yang dinanti.
Sama seperti P9, seri terbaru ini masih mengandalkan pengalaman fotografi yang mumpuni. Oleh karena itu dalam penggarapannya, perusahaan yang bermarkas di Shenzhen, China ini masih menggandeng produsen kamera ternama, Leica.
Ya, seperti yang pernah disebutkan dalam review P9 sebelumnya, campur tangan Leica ini sukses menjadikan ponsel sebaga salah satu smartphone populer di tahun 2016. Kini campur tangan itu kembali terjadi dengan peningkatan yang cukup signifikan.
Lalu bagaimana kesan menggunakan ponsel seharga Rp 9 jutaan ini? Apakah kira-kira Huawei P10 mampu meneruskan kesuksesan yang sudah dibawah oleh sang kakak? Atau mungkin lebih baik? Berikut sajian review dari detikINET!
Desain Simple nan Elegan
Secara garis besar, desain yang diusung di P10 ini tidak jauh berbeda dari generasi sebelumnya. Berbekal layar 5,1 inch yang dipadukan dengan diameter berukuran 145,3 x 69,3 x 7 mm, P10 tak dipungkiri sangat pas digenggam.
Selain pas digenggam, ponsel P10 juga nyaman digenggam. Hal ini karena Huawei membuat sudut-sudut P10 melengkung, sehingga tidak ada kesan tajam dan tegas ketika digenggam. Penggunaan sehari-hari pun tidak ada masalah karena ponsel cukup pas untuk dimasukkan ke kantong.
Meski demikian, ada sedikit pembeda desain P9 dan P10. Perbedaan itu tak lain adalah penempatan sensor sidik jari. Bila pada P9 sensor sidik jari ditempatkan di bagian belakang, maka kini Huawei memutuskan untuk memindahkannya di depan.
Secara pribadi saya kurang menykai penempatan sensor sidik jari di bagian depan. Fungsi sensor akan akurat manakala ditempatkan di belakang seperti P9, di mana sangat pas dengan posisi jari telunjuk atau jari tengah, ketimbang posisi jempol dengan sensor di bagian depan.
Hanya saja, sensor sidik jari P10 sangat cepat membaca sidik jari. Dalam pengalaman saya, layar otomatis akan terbuka hanya dengan menempelkannya secara mengawang. Berbeda dengan sensor-sensor kebanyakan yang butuh beberapa kali untuk membuka. Bahkan hal ini terjadi pada Nexus 5X.
Tak hanya itu, sensor sidik jari juga berfungsi sebagai tombol navigasi. Huawei memberikan opsi untuk tombol navigasi, apakah menggunakan tombol di dalam layar atau dengan tombol fisik. Bila menggunakan tombol fisik, maka untuk pergi ke menu home Anda cukup menahan selama beberapa detik. Sedangkan untuk kembali ke menu sebelumnya cukup tekan satu kali dan bila ingin melihat recent task cukup swipe kanan atau kiri.
Nah, karena sensor sidik jari dipindahkan, maka Huawei menggantinya dengan logo khasnya. Sementara di atasnya masih terjajar dua lensa kamera utama dengan tulisan Leica di sampingnya. Tulisan yang membuat ponsel ini terasa spesial.
Sementara itu, sisi samping dan bawah tidak ada perubahan sama sekali. Tombol volume suara up/down masih berada di sisi kanan ditemani dengan tombol power. Dan di sisi bawah ada lubang speaker yang berada di kanan, lubang port USB Type-C, dan lubang jack headphone.
Terakhir bila bicara desain P10, tak lengkap rasanya jika tidak membahas cipratan warna yang dihadirkan. Beruntung, detikINET mendapat ponsel review dengan warna Dazzling Blue yang merupakan satu dari dua warna spesial hasil kolaborasi dengan Pantone Color Institute. Dengan paduan bahan material alumunium dan finishing berlian, P10 terlihat elegan.
Bagi orang awam, sepintas ketika melihat P10 pasti mengira bahwa ini adalah perangkat iPhone. Tidak sedikit dari kawan yang menyebut desain P10 serupa dengan iPhone 6 dan iPhone 7. Rasa mirip ini dikarenakan lengkungan di sudut-sudut dan juga garis yang melintas di sisi samping atas dan bawah.
Fitur
Bicara Huawei, pasti tak lepas dengan industri telekomunikasi yang telah membesarkan namanya jauh sebelum ia terjun ke industri smartphone. Karenanya, sejak P9, Huawei berupaya untuk memberikan teknologi jaringan terbaik kepada pengguna.
Bila di P9 kita kenal teknologi virtual triple antena, di mana teknologi ini dirancang untuk pengguna yang membutuhkan konektivitas yang kuat dan tanpa batas ke jaringan seluler dan WiFi, maka di P10 antena yang dihadirkan berjumlah empat buah 4x4 MIMO. Teknologi antena ini disebut memungkinkan pengguna untuk menerima sinyal yang berjalan di jaringan 4,5G.
Walau jaringan tersebut belum banyak beredar di sejumlah negara, termasuk Indonesia, salah satu petinggi Huawei yang ditemui detikINET di Barcelona, mengatakan apabila memiliki Huawei P10 bisa menjadi investasi kelak jaringan ini beredar di Indonesia. Hal ini mungkin saja benar, mengingat sejumlah operator tengah menguji jaringan ini.
Selain memberikan pengalaman terbaik di seluler, Huawei juga memberikan pengalaman yang tak kalah nyaman di penggunaan WiFi. Huawei menyematkan antena 2X2 WiFi MIMO. Konektivitas WiFi juga dibekali dengan fitur WiFi+ yang dapat mendeteksi dan merekomendasikan akses WiFi paling oke kepada pengguna saat berada di ruang publik.
Antarmuka dalam P10 lebih baru dari P9, dari yang tadinya EMUI 4.1 berbasis Android 6.0 Marshmallow menjadi EMUI 5.1 berbasis Android 7.0 Nougat. Secara tampilan memang tidak jauh berbeda, tapi ada beberapa peningkatan yang diberikan. Seperti salah satunya pembekalan fitur Google Assistant yang tanggap.
Antarmuka EMUI 5.1 juga menghadirkan perintilan di menu shortcut yang lebih banyak dari EMUI 4.1 , mulai dari menonaktifkan WiFI dan mobile data, Bluetooth, floating dock, flash light, hingga Eye Comfort. Khusus untuk fitur yang terakhir, Eye Comfort sebelumnya memang tidak ada di P9 dan baru ada di P10.
Sesuai namanya, fitur ini ditujukan untuk penggunaan di kondisi ruangan yang redup. Biasanya ini sangat berguna bagi mereka yang gemar mengakses ponsel menjelang tidur. Dengan Eye Comfort, sinar Blue Light yang disebut-sebut kalangan dokter membuat mata rusak terhalang secara baik. Sehingga bisa dikatakan aman di mata.
Huawei juga masih memberikan pengalaman terbaik lewat fitur Smart Assistance. Lewat fitur ini, pengguna bisa mengakses berbagai macam fungsi secara instan lewa kontrol gerak. Beberapa fungsi kontrol gerak yang dimaksud antara lain flip untuk mensenyapkan suara dan getar ketika ada panggilan, pick up untuk menurunkan volume suara alaram dan panggilan masuk, dan raise to ear untuk menjawab panggilan telepon dengan mendekatkan ke telinga.
Fitur-fitur yang memanfaatkan layar untuk berinteraksi juga masih dihadirkan. Anda masih bisa menggambar huruf O dengan menggunakan punggung jari untuk meg-capture sebagian gambar di layar, sementara untuk capture satu layar penuh bisa menggambar huruf S.
Jeroan dan Performa
Sama halnya dengan Samsung, Huawei mulai menggunakan SoC (System on Chip) atau umum dikenal dengan prosesor buatan sendiri di sejumlah lini ponsel buatannya, tak ketinggalan di P10 ini. Bila Samsung bangga menggunakan Exynos, maka Huawei punya SoC Kirin. Dan untuk di P10 ini, Huawei menggunakan SoC Kirin 960.
Untuk lebih detailnya, P10 dipesenjatai dengan prosesor delapan inti yang terdiri dari quad core Cortex-A73 2,4 GHz dan quad core Cortex-A53 4,18 GHz. Prosesor ini bersanding dengan RAM 4 GB, dan pilihan memori internal 32 GB dan 64 GB. Bila masih kurang, Anda bisa menambah kapasitas dengan menyematkan microSD hingga 256 GB. Kebetulan unit yang kami pegang memiliki memori internal 64 GB dan dengan kapasitas itu, kami sudah merasa cukup menyimpan berbagai macam file dan aplikasi.
Untuk urusan performa, P10 jarang mengalami lag. Kalaupun ada, hanya sekali terjadi dan itu memaksa kami harus melakukan hard restart. Selebihnya, dipakai bermain game atau multitasking sangat lancar. Memang ketika penggunaan sudah mencapai tingkat yang berat, ponsel akan terasa hangat, apalagi ketika sedang jeprat-jepret.
Karena penasaran dengan performa di benchmark, kami lantas mencoba untuk menginstall aplikasi 3D Mark. Sayang, hanya aplikasi 3D Mark yang bisa diinstall di unit P10 yang kami punya. Beberapa aplikasi benchmark seperti AnTuTu dan Geekbench tidak bisa diinstal karena terjadi eror.
Seperti diketahui, aplikasi benchmark 3D Mark biasanya dipakai untuk menjadi acuan atau indikaotr performa perangkat dalam bermain game. Aplikasi ini akan memacu performa 3D dan prosesor sebuah smartphone dengan memainkan game. Untuk menguji, kami memakai dua demo, yakni Sling Shot Extreme dan Ice Storm Unlimited, di mana masing-masing menoreh skor 1.997 dan 2.856.
Huawei P10 dilengkapi dengan baterai 3.200 mAh. Sayang, kami tidak bisa melakukan pengujian baterai, karena ketika mencoba menginstall PCMark kami kerap menemui kegagalan. Namun, secara user experience, baterai P10 terbilang cukup awet dan tahan penggunaan hingga 10 jam lebih.
Penggunaan terbilang aktif, karena kami menjadikan P10 sebagai ponsel utama, baik chatting hingga bermain game. Dan bila baterai habis atau lowbatt, Anda tidak perlu khawatir. Sebab P10 dilengkapi dengan fitur pengisian baterai cepat. Dalam pengalaman, pengisian hingga 50% bisa dilakukan kurang dari setengah jam.
Kamera Luar Biasa
Dibandingkan dengan performa komputasi ponsel, performa kamera P10 di atas segalanya dan patut diacungi jempol. Jelas hal ini karena performa kamera P10 disokong oleh lensa buatan Leica. Kerjasama di antara keduanya sudah terjalin sejak P9, di mana Leica sebagai perusahaan yang memiliki reputasi baik di bidang fotografi memberikan sertifikasi pembuatan lensa.
Nah, sama halnya dengan P9, kamera utama di P10 terdiri dari dua kamera dengan lensa yang berbeda, satu untuk monochrome dan satu lagi untuk RGB atau warna. Yang membedakan di sini adalah peningkatan megapixel untuk monochrome, di mana yang tadinya 12 MP di P9 menjadi 20 MP di P10. Sedangkan lensa RGB masih tetap menggunakan 12 MP. Keduanya sama-sama menggunakan lensa dengan bukaan f/2.2.
Dari hasil benchmark yang didapat dari DxOMark, kamera P10 meraih skor 87. Skor ini disebut berada di jajaran tertinggi kamera yang ada di smartphone. Sementara untuk user experience selama menggunakan P10, kami bisa bilang bahwa hasil jepretan P10 untuk kondisi luar ruangan sangat bagus.
Kameranya mampu menangkap warna dan white balance yang akurat, serta memberikan hasil dengan cahaya yang baik. Jarang kami menemukan adanya overexposure, meski cahaya yang dipancarkan bersinar terang. Begitupula dengan detail foto yang patut diacungi jempol. Dibandingkan dengan kamera Galaxys S8, detail di kamera P10 mampu ditampilkan dengan jelas.
Beralih ke hasil foto monochrome, tangkapan di P10 menghasilkan gambar monocrhome atau hitam-putih yang khas Leica. Bahkan lensa monochrome P10 bisa diandalkan ketika pengambilan foto di malam hari dan kondisi redup cahaya.
Selain menawarkan mode foto yang normal, Anda juga bisa membuat foto dengan efek bokeh. Menariknya, Huawei menyodorkan fitur dengan ibarat 'jepret dulu fokus belakangan', dimana user bisa menentukan fokus setelah gambar diambil. Sangat cocok bagi mereka yang suka bermain bokeh, depth-of-field efek lainnya, sambil menjaga obyek utama dalam fokus yang tajam.
Berikut hasil foto P10 dari hasil tangkapan detikINET!
Opini detikINET
Harus diakui campur tangan Leica di P10 masih membuatnya terasa istimewa. Dengan hasil tangkapan monochrome dan jepretan bokeh yang oke, tak jarang beberapa kawan menanyakan ponsel apa ini. Di sini, terkadang sebagai user membuat kami bangga bisa berada di tengah-tengah kerumunan untuk memberikan hasil foto terbaik.
Tak hanya memberikan hasil jepretan foto yang mumpuni, hasil rekaman video juga mampu membuat kawan di sekitar kami berdecak kagum. Rasa kagum ini lantaran rekaman video berada di 60 fps dan ketika merekam dan bergerak dengan cepat, tidak tampak lag atau patah.
P10 mampu memancarkan kesan premium yang dibutuhkan layaknya ponsel flagship pada umumnya. Material dan guratan desain yang dipilih benar-benar diperhatikan dengan baik. Jika ada suara sumbang 'kok, model belakangnya mirip dengan merek tetangga', sejatinya hal itu sangat sulit untuk dihindarkan dalam persaingan di jagat ponsel yang sudah semakin ketat dewasa ini.
Dari segi performa, walau kami pernah menemukan adanya lag satu kali dan beberapa lag ketika memainkan game, selebihnya pemakaian berjalan dengan normal. Bodi terasa panas ketika penggunaan kamera, namun dalam batas yang masih wajar. Karenanya, kami tidak bisa bilang performa ponsel ini luar biasa. Tapi bila mengadu hasil foto dan video, kamera ini mungkin bisa maju di garis depan.
(mag/rou)
Menempuh jarak belasan ribu kilometer dari Jakarta menuju Barcelona, Spanyol, tim detikINET beruntung bisa menghadiri prosesi peluncuran yang disesaki oleh ratusan wartawan dari berbagai penjuru dunia. Rupanya, mereka penasaran dan ingin melihat secara langsung seperti apa ponsel terbaru dari Huawei ini.
Tidak heran memang. Karena seperti yang diucapkan oleh CEO of Huawei Consumer Business Group, Richard Yu, seri P menjadi salah satu seri ponsel terbaik di dunia. Berkat gebrakan yang dihadirkan di P9 tahun 2016 lalu, maka peluncuran P10 pun menjadi momen yang dinanti.
Sama seperti P9, seri terbaru ini masih mengandalkan pengalaman fotografi yang mumpuni. Oleh karena itu dalam penggarapannya, perusahaan yang bermarkas di Shenzhen, China ini masih menggandeng produsen kamera ternama, Leica.
Ya, seperti yang pernah disebutkan dalam review P9 sebelumnya, campur tangan Leica ini sukses menjadikan ponsel sebaga salah satu smartphone populer di tahun 2016. Kini campur tangan itu kembali terjadi dengan peningkatan yang cukup signifikan.
Lalu bagaimana kesan menggunakan ponsel seharga Rp 9 jutaan ini? Apakah kira-kira Huawei P10 mampu meneruskan kesuksesan yang sudah dibawah oleh sang kakak? Atau mungkin lebih baik? Berikut sajian review dari detikINET!
Desain Simple nan Elegan
![]() |
Secara garis besar, desain yang diusung di P10 ini tidak jauh berbeda dari generasi sebelumnya. Berbekal layar 5,1 inch yang dipadukan dengan diameter berukuran 145,3 x 69,3 x 7 mm, P10 tak dipungkiri sangat pas digenggam.
Selain pas digenggam, ponsel P10 juga nyaman digenggam. Hal ini karena Huawei membuat sudut-sudut P10 melengkung, sehingga tidak ada kesan tajam dan tegas ketika digenggam. Penggunaan sehari-hari pun tidak ada masalah karena ponsel cukup pas untuk dimasukkan ke kantong.
Meski demikian, ada sedikit pembeda desain P9 dan P10. Perbedaan itu tak lain adalah penempatan sensor sidik jari. Bila pada P9 sensor sidik jari ditempatkan di bagian belakang, maka kini Huawei memutuskan untuk memindahkannya di depan.
![]() |
Secara pribadi saya kurang menykai penempatan sensor sidik jari di bagian depan. Fungsi sensor akan akurat manakala ditempatkan di belakang seperti P9, di mana sangat pas dengan posisi jari telunjuk atau jari tengah, ketimbang posisi jempol dengan sensor di bagian depan.
Hanya saja, sensor sidik jari P10 sangat cepat membaca sidik jari. Dalam pengalaman saya, layar otomatis akan terbuka hanya dengan menempelkannya secara mengawang. Berbeda dengan sensor-sensor kebanyakan yang butuh beberapa kali untuk membuka. Bahkan hal ini terjadi pada Nexus 5X.
Tak hanya itu, sensor sidik jari juga berfungsi sebagai tombol navigasi. Huawei memberikan opsi untuk tombol navigasi, apakah menggunakan tombol di dalam layar atau dengan tombol fisik. Bila menggunakan tombol fisik, maka untuk pergi ke menu home Anda cukup menahan selama beberapa detik. Sedangkan untuk kembali ke menu sebelumnya cukup tekan satu kali dan bila ingin melihat recent task cukup swipe kanan atau kiri.
Nah, karena sensor sidik jari dipindahkan, maka Huawei menggantinya dengan logo khasnya. Sementara di atasnya masih terjajar dua lensa kamera utama dengan tulisan Leica di sampingnya. Tulisan yang membuat ponsel ini terasa spesial.
![]() |
Sementara itu, sisi samping dan bawah tidak ada perubahan sama sekali. Tombol volume suara up/down masih berada di sisi kanan ditemani dengan tombol power. Dan di sisi bawah ada lubang speaker yang berada di kanan, lubang port USB Type-C, dan lubang jack headphone.
Terakhir bila bicara desain P10, tak lengkap rasanya jika tidak membahas cipratan warna yang dihadirkan. Beruntung, detikINET mendapat ponsel review dengan warna Dazzling Blue yang merupakan satu dari dua warna spesial hasil kolaborasi dengan Pantone Color Institute. Dengan paduan bahan material alumunium dan finishing berlian, P10 terlihat elegan.
Bagi orang awam, sepintas ketika melihat P10 pasti mengira bahwa ini adalah perangkat iPhone. Tidak sedikit dari kawan yang menyebut desain P10 serupa dengan iPhone 6 dan iPhone 7. Rasa mirip ini dikarenakan lengkungan di sudut-sudut dan juga garis yang melintas di sisi samping atas dan bawah.
Fitur
![]() |
Bicara Huawei, pasti tak lepas dengan industri telekomunikasi yang telah membesarkan namanya jauh sebelum ia terjun ke industri smartphone. Karenanya, sejak P9, Huawei berupaya untuk memberikan teknologi jaringan terbaik kepada pengguna.
Bila di P9 kita kenal teknologi virtual triple antena, di mana teknologi ini dirancang untuk pengguna yang membutuhkan konektivitas yang kuat dan tanpa batas ke jaringan seluler dan WiFi, maka di P10 antena yang dihadirkan berjumlah empat buah 4x4 MIMO. Teknologi antena ini disebut memungkinkan pengguna untuk menerima sinyal yang berjalan di jaringan 4,5G.
Walau jaringan tersebut belum banyak beredar di sejumlah negara, termasuk Indonesia, salah satu petinggi Huawei yang ditemui detikINET di Barcelona, mengatakan apabila memiliki Huawei P10 bisa menjadi investasi kelak jaringan ini beredar di Indonesia. Hal ini mungkin saja benar, mengingat sejumlah operator tengah menguji jaringan ini.
Selain memberikan pengalaman terbaik di seluler, Huawei juga memberikan pengalaman yang tak kalah nyaman di penggunaan WiFi. Huawei menyematkan antena 2X2 WiFi MIMO. Konektivitas WiFi juga dibekali dengan fitur WiFi+ yang dapat mendeteksi dan merekomendasikan akses WiFi paling oke kepada pengguna saat berada di ruang publik.
Antarmuka dalam P10 lebih baru dari P9, dari yang tadinya EMUI 4.1 berbasis Android 6.0 Marshmallow menjadi EMUI 5.1 berbasis Android 7.0 Nougat. Secara tampilan memang tidak jauh berbeda, tapi ada beberapa peningkatan yang diberikan. Seperti salah satunya pembekalan fitur Google Assistant yang tanggap.
![]() |
Antarmuka EMUI 5.1 juga menghadirkan perintilan di menu shortcut yang lebih banyak dari EMUI 4.1 , mulai dari menonaktifkan WiFI dan mobile data, Bluetooth, floating dock, flash light, hingga Eye Comfort. Khusus untuk fitur yang terakhir, Eye Comfort sebelumnya memang tidak ada di P9 dan baru ada di P10.
Sesuai namanya, fitur ini ditujukan untuk penggunaan di kondisi ruangan yang redup. Biasanya ini sangat berguna bagi mereka yang gemar mengakses ponsel menjelang tidur. Dengan Eye Comfort, sinar Blue Light yang disebut-sebut kalangan dokter membuat mata rusak terhalang secara baik. Sehingga bisa dikatakan aman di mata.
Huawei juga masih memberikan pengalaman terbaik lewat fitur Smart Assistance. Lewat fitur ini, pengguna bisa mengakses berbagai macam fungsi secara instan lewa kontrol gerak. Beberapa fungsi kontrol gerak yang dimaksud antara lain flip untuk mensenyapkan suara dan getar ketika ada panggilan, pick up untuk menurunkan volume suara alaram dan panggilan masuk, dan raise to ear untuk menjawab panggilan telepon dengan mendekatkan ke telinga.
Fitur-fitur yang memanfaatkan layar untuk berinteraksi juga masih dihadirkan. Anda masih bisa menggambar huruf O dengan menggunakan punggung jari untuk meg-capture sebagian gambar di layar, sementara untuk capture satu layar penuh bisa menggambar huruf S.
Jeroan dan Performa
![]() |
Sama halnya dengan Samsung, Huawei mulai menggunakan SoC (System on Chip) atau umum dikenal dengan prosesor buatan sendiri di sejumlah lini ponsel buatannya, tak ketinggalan di P10 ini. Bila Samsung bangga menggunakan Exynos, maka Huawei punya SoC Kirin. Dan untuk di P10 ini, Huawei menggunakan SoC Kirin 960.
Untuk lebih detailnya, P10 dipesenjatai dengan prosesor delapan inti yang terdiri dari quad core Cortex-A73 2,4 GHz dan quad core Cortex-A53 4,18 GHz. Prosesor ini bersanding dengan RAM 4 GB, dan pilihan memori internal 32 GB dan 64 GB. Bila masih kurang, Anda bisa menambah kapasitas dengan menyematkan microSD hingga 256 GB. Kebetulan unit yang kami pegang memiliki memori internal 64 GB dan dengan kapasitas itu, kami sudah merasa cukup menyimpan berbagai macam file dan aplikasi.
Untuk urusan performa, P10 jarang mengalami lag. Kalaupun ada, hanya sekali terjadi dan itu memaksa kami harus melakukan hard restart. Selebihnya, dipakai bermain game atau multitasking sangat lancar. Memang ketika penggunaan sudah mencapai tingkat yang berat, ponsel akan terasa hangat, apalagi ketika sedang jeprat-jepret.
Karena penasaran dengan performa di benchmark, kami lantas mencoba untuk menginstall aplikasi 3D Mark. Sayang, hanya aplikasi 3D Mark yang bisa diinstall di unit P10 yang kami punya. Beberapa aplikasi benchmark seperti AnTuTu dan Geekbench tidak bisa diinstal karena terjadi eror.
Seperti diketahui, aplikasi benchmark 3D Mark biasanya dipakai untuk menjadi acuan atau indikaotr performa perangkat dalam bermain game. Aplikasi ini akan memacu performa 3D dan prosesor sebuah smartphone dengan memainkan game. Untuk menguji, kami memakai dua demo, yakni Sling Shot Extreme dan Ice Storm Unlimited, di mana masing-masing menoreh skor 1.997 dan 2.856.
Huawei P10 dilengkapi dengan baterai 3.200 mAh. Sayang, kami tidak bisa melakukan pengujian baterai, karena ketika mencoba menginstall PCMark kami kerap menemui kegagalan. Namun, secara user experience, baterai P10 terbilang cukup awet dan tahan penggunaan hingga 10 jam lebih.
Penggunaan terbilang aktif, karena kami menjadikan P10 sebagai ponsel utama, baik chatting hingga bermain game. Dan bila baterai habis atau lowbatt, Anda tidak perlu khawatir. Sebab P10 dilengkapi dengan fitur pengisian baterai cepat. Dalam pengalaman, pengisian hingga 50% bisa dilakukan kurang dari setengah jam.
Kamera Luar Biasa
![]() |
Dibandingkan dengan performa komputasi ponsel, performa kamera P10 di atas segalanya dan patut diacungi jempol. Jelas hal ini karena performa kamera P10 disokong oleh lensa buatan Leica. Kerjasama di antara keduanya sudah terjalin sejak P9, di mana Leica sebagai perusahaan yang memiliki reputasi baik di bidang fotografi memberikan sertifikasi pembuatan lensa.
Nah, sama halnya dengan P9, kamera utama di P10 terdiri dari dua kamera dengan lensa yang berbeda, satu untuk monochrome dan satu lagi untuk RGB atau warna. Yang membedakan di sini adalah peningkatan megapixel untuk monochrome, di mana yang tadinya 12 MP di P9 menjadi 20 MP di P10. Sedangkan lensa RGB masih tetap menggunakan 12 MP. Keduanya sama-sama menggunakan lensa dengan bukaan f/2.2.
Dari hasil benchmark yang didapat dari DxOMark, kamera P10 meraih skor 87. Skor ini disebut berada di jajaran tertinggi kamera yang ada di smartphone. Sementara untuk user experience selama menggunakan P10, kami bisa bilang bahwa hasil jepretan P10 untuk kondisi luar ruangan sangat bagus.
Kameranya mampu menangkap warna dan white balance yang akurat, serta memberikan hasil dengan cahaya yang baik. Jarang kami menemukan adanya overexposure, meski cahaya yang dipancarkan bersinar terang. Begitupula dengan detail foto yang patut diacungi jempol. Dibandingkan dengan kamera Galaxys S8, detail di kamera P10 mampu ditampilkan dengan jelas.
Beralih ke hasil foto monochrome, tangkapan di P10 menghasilkan gambar monocrhome atau hitam-putih yang khas Leica. Bahkan lensa monochrome P10 bisa diandalkan ketika pengambilan foto di malam hari dan kondisi redup cahaya.
Selain menawarkan mode foto yang normal, Anda juga bisa membuat foto dengan efek bokeh. Menariknya, Huawei menyodorkan fitur dengan ibarat 'jepret dulu fokus belakangan', dimana user bisa menentukan fokus setelah gambar diambil. Sangat cocok bagi mereka yang suka bermain bokeh, depth-of-field efek lainnya, sambil menjaga obyek utama dalam fokus yang tajam.
Berikut hasil foto P10 dari hasil tangkapan detikINET!
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Opini detikINET
Harus diakui campur tangan Leica di P10 masih membuatnya terasa istimewa. Dengan hasil tangkapan monochrome dan jepretan bokeh yang oke, tak jarang beberapa kawan menanyakan ponsel apa ini. Di sini, terkadang sebagai user membuat kami bangga bisa berada di tengah-tengah kerumunan untuk memberikan hasil foto terbaik.
Tak hanya memberikan hasil jepretan foto yang mumpuni, hasil rekaman video juga mampu membuat kawan di sekitar kami berdecak kagum. Rasa kagum ini lantaran rekaman video berada di 60 fps dan ketika merekam dan bergerak dengan cepat, tidak tampak lag atau patah.
P10 mampu memancarkan kesan premium yang dibutuhkan layaknya ponsel flagship pada umumnya. Material dan guratan desain yang dipilih benar-benar diperhatikan dengan baik. Jika ada suara sumbang 'kok, model belakangnya mirip dengan merek tetangga', sejatinya hal itu sangat sulit untuk dihindarkan dalam persaingan di jagat ponsel yang sudah semakin ketat dewasa ini.
Dari segi performa, walau kami pernah menemukan adanya lag satu kali dan beberapa lag ketika memainkan game, selebihnya pemakaian berjalan dengan normal. Bodi terasa panas ketika penggunaan kamera, namun dalam batas yang masih wajar. Karenanya, kami tidak bisa bilang performa ponsel ini luar biasa. Tapi bila mengadu hasil foto dan video, kamera ini mungkin bisa maju di garis depan.
(mag/rou)
Sumber
0 Response to "Huawei P10: Performa Biasa, Kamera Luar Biasa"
Post a Comment