Rencana Besar Vivo Bangun Pabrik dan Pusat Riset di Indonesia

Jakarta - Usia Vivo memang baru seumur jagung di Indonesia. Namun sejak masuk ke negeri ini pada 2014 lalu, vendor asal China ini langsung pasang target setinggi langit: mau jadi smartphone terfavorit di Indonesia, dan jadi kiblat tren di Asia Tenggara.
Ya, namanya perusahaan mau maju, wajar-wajar saja kalau pasang target tinggi. Semua kesuksesan besar biasanya memang diawali dari mimpi yang besar. Pun begitu dengan Vivo. Tinggal bagaimana usaha dan upaya untuk mewujudkannya saja.
Sejauh ini, Vivo bisa dibilang on the right track. Mereka sudah di jalur yang benar untuk mewujudkan impian tersebut. Setidaknya hal itu bisa dilihat bagaimana mereka membangun pondasi dari perwujudan impiannya jadi vendor ponsel ternama di Indonesia.
Di saat pemerintah mewajibkan aturan konten lokal melalui kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 65/2016, Vivo pun langsung sigap. Mereka gerak cepat mendirikan pabrik di Cikupa, Tangerang, Banten.
Tak tanggung-tanggung, dari 30% komponen lokal yang diwajibkan untuk setiap ponsel 4G yang dipasarkan di Indonesia sejak 1 Januari 2017 ini, Vivo malah memberi lebih: 32%. Memang sih baru lebih 2% saja, tapi untuk urusan konten lokal di smartphone, itu butuh effort yang ekstra, apalagi komponennya tidak mudah.
Jadi, patutlah kita memberi apresiasi atas niat baik dari perusahaan ini. Setidaknya, mereka sudah menunjukkan bukti, bahwa Vivo tidak main-main dalam berkomitmen demi memuluskan misi dan mewujudkan ambisi. Satu tahap penting pun terlewati. Pondasi mereka sudah kuat dari sisi pemenuhan kebijakan regulasi.
Sudah puas? Ternyata tidak. Vivo masih terus menunjukkan komitmennya untuk negeri ini. Punya satu pabrik saja ternyata masih belum cukup. Mereka pun langsung berencana untuk membuka satu pabrik lagi di akhir 2017 ini. Target mereka adalah menggenjot TKDN jadi 40% di 2018 nanti.
Kenapa demikian? Usut punya usut, ternyata Vivo punya rencana besar. Dari pengakuan Peter Wang, Brand Director Vivo Mobile Indonesia, mereka ternyata ingin menjadikan Indonesia sebagai basis produksi terbesarnya di Asia Tenggara.
Dengan kekuatan dua pabrik yang dimiliki di negeri ini, Vivo nantinya bisa memproduksi smartphone dalam jumlah besar, jutaan unit. Sehingga, mereka tak perlu repot-repot lagi mengekspornya dari China, tapi cukup dari Indonesia saja. Bayangkan, betapa besar tenaga SDM lokal yang akan terserap nanti.
Tak hanya itu, untuk memperkuat inovasi produk ponsel pintarnya, Vivo juga sudah punya rencana besar. Mereka, lagi-lagi memperkuat komitmennya untuk negeri ini dengan rencana pembangunan pusat riset dan pengembangan alias R&D center di Indonesia.
R&D center yang akan dibangun di Indonesia ini akan menjadi yang kedelapan di dunia. Sebelumnya, Vivo telah membangun tujuh pusat riset itu di Beijing, Shenzhen, Hanzou, Nanjing, Chang'an di China, serta San Diego dan Sillicon Valley di Amerika Serikat.
"Pembangunan pusat R&D di Indonesia ini kami persiapkan untuk memenuhi pasar di Asia Tenggara serta menjadikan Indonesia sebagai salah satu kiblat untuk tren teknologi smartphone di Asia Tenggara," jelas Peter kepada detikINET, Kamis (4/5/2017).
Peter juga menjelaskan, penambahan pabrik dan pusat riset ini tak cuma demi memenuhi permintaan pasar smartphone di negeri ini, namun juga menjadi kontribusi nyata Vivo untuk mendukung peningkatan perekonomian Indonesia.
"Sebagai salah salah satu pasar smartphone terbesar di Asia Pasifik, Indonesia merupakan market penting bagi Vivo. Kami ingin terus mengembangkan diri menjadi smartphone terfavorit di Indonesia dan secara konsisten memberikan inovasi teknologi untuk kemajuan bersama," jelasnya. (rou/rou)
Ya, namanya perusahaan mau maju, wajar-wajar saja kalau pasang target tinggi. Semua kesuksesan besar biasanya memang diawali dari mimpi yang besar. Pun begitu dengan Vivo. Tinggal bagaimana usaha dan upaya untuk mewujudkannya saja.
Related
Sejauh ini, Vivo bisa dibilang on the right track. Mereka sudah di jalur yang benar untuk mewujudkan impian tersebut. Setidaknya hal itu bisa dilihat bagaimana mereka membangun pondasi dari perwujudan impiannya jadi vendor ponsel ternama di Indonesia.
Di saat pemerintah mewajibkan aturan konten lokal melalui kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 65/2016, Vivo pun langsung sigap. Mereka gerak cepat mendirikan pabrik di Cikupa, Tangerang, Banten.
![]() |
Tak tanggung-tanggung, dari 30% komponen lokal yang diwajibkan untuk setiap ponsel 4G yang dipasarkan di Indonesia sejak 1 Januari 2017 ini, Vivo malah memberi lebih: 32%. Memang sih baru lebih 2% saja, tapi untuk urusan konten lokal di smartphone, itu butuh effort yang ekstra, apalagi komponennya tidak mudah.
![]() |
Jadi, patutlah kita memberi apresiasi atas niat baik dari perusahaan ini. Setidaknya, mereka sudah menunjukkan bukti, bahwa Vivo tidak main-main dalam berkomitmen demi memuluskan misi dan mewujudkan ambisi. Satu tahap penting pun terlewati. Pondasi mereka sudah kuat dari sisi pemenuhan kebijakan regulasi.
![]() |
Sudah puas? Ternyata tidak. Vivo masih terus menunjukkan komitmennya untuk negeri ini. Punya satu pabrik saja ternyata masih belum cukup. Mereka pun langsung berencana untuk membuka satu pabrik lagi di akhir 2017 ini. Target mereka adalah menggenjot TKDN jadi 40% di 2018 nanti.
Kenapa demikian? Usut punya usut, ternyata Vivo punya rencana besar. Dari pengakuan Peter Wang, Brand Director Vivo Mobile Indonesia, mereka ternyata ingin menjadikan Indonesia sebagai basis produksi terbesarnya di Asia Tenggara.
Dengan kekuatan dua pabrik yang dimiliki di negeri ini, Vivo nantinya bisa memproduksi smartphone dalam jumlah besar, jutaan unit. Sehingga, mereka tak perlu repot-repot lagi mengekspornya dari China, tapi cukup dari Indonesia saja. Bayangkan, betapa besar tenaga SDM lokal yang akan terserap nanti.
Tak hanya itu, untuk memperkuat inovasi produk ponsel pintarnya, Vivo juga sudah punya rencana besar. Mereka, lagi-lagi memperkuat komitmennya untuk negeri ini dengan rencana pembangunan pusat riset dan pengembangan alias R&D center di Indonesia.
![]() |
R&D center yang akan dibangun di Indonesia ini akan menjadi yang kedelapan di dunia. Sebelumnya, Vivo telah membangun tujuh pusat riset itu di Beijing, Shenzhen, Hanzou, Nanjing, Chang'an di China, serta San Diego dan Sillicon Valley di Amerika Serikat.
"Pembangunan pusat R&D di Indonesia ini kami persiapkan untuk memenuhi pasar di Asia Tenggara serta menjadikan Indonesia sebagai salah satu kiblat untuk tren teknologi smartphone di Asia Tenggara," jelas Peter kepada detikINET, Kamis (4/5/2017).
![]() |
Peter juga menjelaskan, penambahan pabrik dan pusat riset ini tak cuma demi memenuhi permintaan pasar smartphone di negeri ini, namun juga menjadi kontribusi nyata Vivo untuk mendukung peningkatan perekonomian Indonesia.
"Sebagai salah salah satu pasar smartphone terbesar di Asia Pasifik, Indonesia merupakan market penting bagi Vivo. Kami ingin terus mengembangkan diri menjadi smartphone terfavorit di Indonesia dan secara konsisten memberikan inovasi teknologi untuk kemajuan bersama," jelasnya. (rou/rou)
Sumber
0 Response to "Rencana Besar Vivo Bangun Pabrik dan Pusat Riset di Indonesia"
Post a Comment