Mimpi 'Liar' Putri Keraton Yogya: Jadi Hacker!



Jakarta - Gambaran putri raja yang sangat tradisional tak sepenuhnya benar. Kesan ini yang didapatkan detikINET saat bertemu Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu.

Untuk memudahkan kedatangan Hayu ke kantor Detikcom, disediakan parkir prioritas. Namun yang terjadi, Hayu datang seorang diri, tak ditemani ajudan atau minimal menggunakan sopir pribadi seperti yang disangkakan awalnya.

"Sendiri, pakai Uber," jawabnya tersenyum, saat baru tiba di kantor Detikcom.

Memulai obrolan, Putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas dari Keraton Yogyakarta ini mengaku terbiasa menghadapi anggapan semacam itu dan menanggapinya dengan santai.

"Memang ya stereotipe putri raja seperti itu. Seperti Cinderela, ditemani dayang-dayang. Malah zaman sekolah dulu teman-teman banyak yang menyangka saya selama di dalam Keraton pasti pakai kebaya dan rambut dikonde. Ya ampun," terang Hayu sambil tertawa.

Dikatakannya, didikan kedua orangtuanya sangat jauh dari kesan kolot. Sebaliknya, Hayu dan kakak serta adiknya yang semuanya perempuan, didorong untuk mandiri dan berpikiran modern.

"Salah satu contohnya, bapak mengharuskan semua anaknya sekolah di luar negeri supaya mandiri. Karena di Jogja posisi sebagai anak Sultan itu mau nggak mau orang unconsciously akan ada special treatment. Itu yang mau dicegah bapak sama ibu," ujarnya.

GKR Hayu, Putri Keraton yang Ingin Jadi Hacker GKR Hayu. Foto: Muhammad Ridho

Ingin Jadi Hacker

Hayu dikenal tomboy sejak kecil. Dia gemar balapan sepatu roda. Kegemarannya yang satu ini pernah mengantarnya menjadi juara dalam kompetisi nasional sepatu roda pada 1992 untuk kategori speed skating.

Kegemarannya yang lain adalah permainan merakit seperti Lego, puzzle dan robot-robotan. Hal ini yang kemudian mengantarkannya untuk menyukai dunia IT. Hayu kecil bahkan pernah bercita-cita menjadi hacker.

"Memang tertarik sama teknologi dari kecil. Umur 6 tahun, mungkin karena kebanyakan nonton film juga, kalau ditanya cita-citanya, pengen jadi hacker. Biar bisa ngerampok bank dari jauh hahaha," candanya.

Beranjak dewasa, Hayu meneruskan kesukaannya di bidang IT dengan sejumlah kompetensi yang bisa diandalkan. Berkuliah di Bournemouth University, Inggris, titel sarjana Hayu adalah di bidang Business Information System Management. Dia juga bersekolah di Steven Institute Of Technology, AS di Computer Science Department.

Kemudian gelar MBA dari Fordham University, New York, AS yang ditekuninya, mengambil Double Concentration Management System and Information System. Karier profesional Hayu pun dimulai dari di dunia TI.

Pada 2007, Hayu mengikuti program internship di Microsoft Indonesia. Selanjutnya di 2009, Hayu menjadi manajer proyek di sebuah perusahaan software house yang mengimplementasikan layanan internet banking di Jakarta.

Dunia game pun sempat dijajalnya. Selama setahun (2012-2013) Hayu menjadi produser game di Gameloft Yogyakarta. Hayu sendiri boleh dibilang sebagai gamer sejati. Di sela kesibukannya, penggemar Final Fantasy ini selalu menyempatkan bermain game, setidaknya satu jam sehari.

Kini, kesibukan utama wanita kelahiran Yogyakarta, 24 Desember 1983 ini adalah mengepalai divisi Tepas Tandha Yekti di Keraton Yogyakarta.

"Tepas Tandha Yekti dibentuk 2012, sebagai divisi yang tanggung jawabnya mengembangkan IT roadmap Keraton. Selain itu juga mendokumentasikan berbagai kegiatan Keraton dan mendigitalkannya," paparnya.

Sebelum ada Tepas Tandha Yekti, dokumentasi kegiatan Keraton, baik foto atau rekaman video hanya menumpuk di hard drive komputer. Dalam program Tepas Tandha Yekti, Hayu membuatnya bisa dilihat publik melalui website dan media sosial.

GKR Hayu, Putri Keraton yang Ingin Jadi Hacker GKR Hayu. Foto: Muhammad Ridho

"Cita-citanya ingin seperti e-museum kaya British Museum. Gimana caranya kita bisa reach out diaspora Jawa yang juga di luar negeri. Dan prioritasnya adalah mengedukasi masyarakat akan budaya yang ada di Keraton," ujar istri dari Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro ini.

Perempuan di Dunia IT

Tak dapat dipungkiri, dunia IT masih didominasi oleh kaum pria. Isu ini terjadi tak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Hayu pun aktif berperan dalam berbagai bentuk pemberdayaan perempuan di bidang IT, antara lain melalui sejumlah event bertema Women in Tech.

Menurutnya, pemberdayaan perempuan di dunia IT tak hanya dilakukan dari pihak perempuan. Justru para pria harus diikutsertakan agar tidak menghalangi jalan istilahnya.

"Ketika saya ajukan bikin acara IT for woman, mereka dengan polos, 'Memang ada masalah apa?'. Kebanyakan tidak aware bagaimana struggle-nya women in IT itu masih banyak. Perempuan tidak mendiskriminasikan dirinya sendiri, justru laki-lakinya dan lingkungan di sekitar sering tidak sadar melakukan itu," ujarnya.

Hayu memberikan beberapa contoh, tech startup perempuan biasanya mendapatkan pendanaan yang lebih kecil, kesenjangan gaji, belum lagi perilaku diskriminatif terhadap pekerja perempuan di bidang IT.

Wanita yang punya lesung pipi ini juga berbagi kisah mengenai salah satu temannya pemilik perusahaan IT yang pekerjanya lelaki semua. Temannya bercerita, jika ada pelamar perempuan, dia akan langsung mencoretnya. Alasannya dia tidak bisa bertanggung jawab atas keselamatan anak orang yang ibarat masuk ke sarang penyamun.

"Salah siapa? Dia masuk saja belum. Ini kan environment-nya lelakinya yang harus diedukasi bahwa kita bukan obyek. They have to learn to respect us," tegasnya.

Bagi para perempuan yang punya ketertarikan di dunia IT, Hayu berpesan agar jangan ragu untuk memulai dan bereksplorasi. Hal pertama yang menurutnya dilakukan adalah menempatkan diri berada di lingkungan yang mendukung.

"Sejak kecil orangtua saya tidak pernah, ini untuk perempuan, ini untuk laki-laki. Dukungan dimulai dari lingkungan rumah. Ketika tidak didukung dengan lingkungan sekitar, reach out orang di luar sana yang se-pemikiran. Perjuangannya akan lebih berat karena biasanya akan di-underestimate. Tanggung jawab kita menemukan jalannya," tutupnya.

(rns/fyk)


Sumber

0 Response to "Mimpi 'Liar' Putri Keraton Yogya: Jadi Hacker!"

Post a Comment

ADS-1

ADS-2

ADS-3

ADS-4