Perbankan Indonesia Jadi Incaran Hacker Rusia

Jakarta - Pakar Komputer Forensik Ruby Alamsyah menyebutkan para hacker dari Rusia kerap kali mengincar dunia perbankan di Indonesia. Kelompok hacker ini membobol nasabah dan perbankan ratusan juta setiap harinya.
"Rp 80 juta itu individu, kalau Rp 100 juta itu individu tapi digunakan untuk perusahaan, nah ada lagi rata-rata di atas Rp 10 juta yang paling banyak korban, satu orang Rp 100 jutaan" ujar Ruby dalam seminar bertajuk 'Indonesia dan Ancaman Siber yang Merajalela' di Kampus Universitas Gunadarma, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (10/6/2017).
Pelaku menurutnya menggunakan metode skimming atau menggandakan kartu ATM. Dengan kartu ATM palsu itu, pelaku bisa leluasa membobol nasabah dan perbankan.
Pelaku juga mempelajari kebijakan perbankan dan internet sekuriti di Indonesia. Dengan begitu, mereka bisa membobol dengan seolah-olah sesuai prosedur perbankan.
"Mereka pun tahu kebijakan perbankan dan tahu kebijakan OJK dan BI sehingga dalam kegiatan pelaku dengan mudah memproses itu rapi sesuai dengan kaidah perbankan. Salah satu contoh pelaku tahu kalau rekening tipe ini maksimal transaksi banking berapa. Nah dari transaksi ini pelaku memang mempelajari sistem perbankan maupun kebijakan perbankan," kata dia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dia mengaku sudah bertemu dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia untuk membuat sistem internet banking yang aman. Namun OJK dan BI hanya pembuat peraturan.
"Intinya mereka perbankan sudah kooperatif membuat sistem mereka lebih aman terbukti dari beberapa aplikasi sudah di update lalu dari BI dan OJK mungkin mereka tidak bisa bertindak karena mereka regulator keuangan. Kendala mereka harus mempunyai siber sekuriti di OJK dan BI agar mereka bisa melihat pelaku perbankan dilakukan secara sistematis," sambungnya.
(fai/yud)
"Rp 80 juta itu individu, kalau Rp 100 juta itu individu tapi digunakan untuk perusahaan, nah ada lagi rata-rata di atas Rp 10 juta yang paling banyak korban, satu orang Rp 100 jutaan" ujar Ruby dalam seminar bertajuk 'Indonesia dan Ancaman Siber yang Merajalela' di Kampus Universitas Gunadarma, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (10/6/2017).
Pelaku menurutnya menggunakan metode skimming atau menggandakan kartu ATM. Dengan kartu ATM palsu itu, pelaku bisa leluasa membobol nasabah dan perbankan.
![]() |
Pelaku juga mempelajari kebijakan perbankan dan internet sekuriti di Indonesia. Dengan begitu, mereka bisa membobol dengan seolah-olah sesuai prosedur perbankan.
"Mereka pun tahu kebijakan perbankan dan tahu kebijakan OJK dan BI sehingga dalam kegiatan pelaku dengan mudah memproses itu rapi sesuai dengan kaidah perbankan. Salah satu contoh pelaku tahu kalau rekening tipe ini maksimal transaksi banking berapa. Nah dari transaksi ini pelaku memang mempelajari sistem perbankan maupun kebijakan perbankan," kata dia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dia mengaku sudah bertemu dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia untuk membuat sistem internet banking yang aman. Namun OJK dan BI hanya pembuat peraturan.
"Intinya mereka perbankan sudah kooperatif membuat sistem mereka lebih aman terbukti dari beberapa aplikasi sudah di update lalu dari BI dan OJK mungkin mereka tidak bisa bertindak karena mereka regulator keuangan. Kendala mereka harus mempunyai siber sekuriti di OJK dan BI agar mereka bisa melihat pelaku perbankan dilakukan secara sistematis," sambungnya.
(fai/yud)
Sumber
0 Response to "Perbankan Indonesia Jadi Incaran Hacker Rusia"
Post a Comment