Uber Dikritik Karena Aktifkan Tarif Mahal Saat Teror London

Jakarta - Uber dituding mengambil keuntungan di saat genting dengan tetap mengaktifkan 'surge pricing' ketika terjadi teror di jantung kota London, Inggris, pekan lalu.
Kritik ini mengalir deras di media sosial Twitter, mengecam sikap Uber. Banyak yang berpendapat, Uber seharusnya mematikan 'surge pricing' bagi orang-orang yang mencoba menyelamatkan diri.
"Hey @Uber, menaikkan tarif x 2,1 selama terjadi serangan teror di #London? Yang benar saja," kata salah satu netizen.
"Saya pengguna setia @Uber tapi dibuat kecewa mengetahui Uber mengambil keuntungan dari serangan teroris," ujar netizen lain.
Menanggapi kritikan pedas ini, General Manager Uber London Tom Elvidge mengklaim, pihaknya sudah bertindak preventif dengan mematikan fitur 'surge pricing'.
Dia menegaskan, Uber tidak akan mengenakan biaya pada para penumpang yang berkendara di sekitar area terjadinya serangan teror.
"Segera setelah mendengar adanya insiden tersebut, kami langsung menangguhkan penetapan tarif dinamis di sekitar area serangan, hingga seluruh London pusat, sama seperti yang kami lakukan ketika terjadi serangan di Manchester dan Westminster," ujarnya.
Namun yang terjadi di lapangan, kenaikan tarif masih terjadi di saat genting seperti ini. Tarif Uber dikalkulasikan menggunakan algoritma yang bereaksi terhadap permintaan.
Model tarif yang kontroversial ini, biasanya ditangguhkan selama terjadi kondisi darurat. Namun tetap saja, Uber dikritik karena dianggap bertindak lamban merespons situasi.
Dua serangan teror terjadi pada Sabtu (3/6) malam waktu setempat. Teror pertama terjadi London Bridge sekitar pukul 22.08 BTS. Sebuah van berwarna putih yang bergerak dari utara menuju selatan tiba-tiba naik ke atas trotoar dan menabrak pejalan kaki yang tengah melintas.
Sejumlah pria kemudian keluar dari dalam van putih itu, lalu membuat teror lanjutan dengan menusuk-nusukkan pisau ke para pejalan kaki. Setidaknya dua korban dilaporkan tewas karena insiden ini.
Kemudian teror kedua terjadi di Borough Market. Teror kedua ini terjadi pukul 23.43 WIB. Dipastikan ada 6 korban tewas dalam insiden ini. Dari pihak pelaku ada 3 orang tewas. (rns/fyk)
Kritik ini mengalir deras di media sosial Twitter, mengecam sikap Uber. Banyak yang berpendapat, Uber seharusnya mematikan 'surge pricing' bagi orang-orang yang mencoba menyelamatkan diri.
"Hey @Uber, menaikkan tarif x 2,1 selama terjadi serangan teror di #London? Yang benar saja," kata salah satu netizen.
"Saya pengguna setia @Uber tapi dibuat kecewa mengetahui Uber mengambil keuntungan dari serangan teroris," ujar netizen lain.
Menanggapi kritikan pedas ini, General Manager Uber London Tom Elvidge mengklaim, pihaknya sudah bertindak preventif dengan mematikan fitur 'surge pricing'.
Dia menegaskan, Uber tidak akan mengenakan biaya pada para penumpang yang berkendara di sekitar area terjadinya serangan teror.
"Segera setelah mendengar adanya insiden tersebut, kami langsung menangguhkan penetapan tarif dinamis di sekitar area serangan, hingga seluruh London pusat, sama seperti yang kami lakukan ketika terjadi serangan di Manchester dan Westminster," ujarnya.
Namun yang terjadi di lapangan, kenaikan tarif masih terjadi di saat genting seperti ini. Tarif Uber dikalkulasikan menggunakan algoritma yang bereaksi terhadap permintaan.
Model tarif yang kontroversial ini, biasanya ditangguhkan selama terjadi kondisi darurat. Namun tetap saja, Uber dikritik karena dianggap bertindak lamban merespons situasi.
Dua serangan teror terjadi pada Sabtu (3/6) malam waktu setempat. Teror pertama terjadi London Bridge sekitar pukul 22.08 BTS. Sebuah van berwarna putih yang bergerak dari utara menuju selatan tiba-tiba naik ke atas trotoar dan menabrak pejalan kaki yang tengah melintas.
Sejumlah pria kemudian keluar dari dalam van putih itu, lalu membuat teror lanjutan dengan menusuk-nusukkan pisau ke para pejalan kaki. Setidaknya dua korban dilaporkan tewas karena insiden ini.
Kemudian teror kedua terjadi di Borough Market. Teror kedua ini terjadi pukul 23.43 WIB. Dipastikan ada 6 korban tewas dalam insiden ini. Dari pihak pelaku ada 3 orang tewas. (rns/fyk)
Sumber
0 Response to "Uber Dikritik Karena Aktifkan Tarif Mahal Saat Teror London"
Post a Comment