Walau Kontroversial, CEO Uber Penuh Ide Brilian

Jakarta - Sosok Travis Kalanick mungkin tak disukai semua orang. Apalagi belakangan sang CEO dan pendiri Uber dilanda cukup banyak kontroversi. Tapi tak dapat dipungkiri, ide-idenya brilian. Terutama dalam soal mengatasi kemacetan.
"Kecuali kita mengimajinasikan kembali dengan cepat soal transportasi urban, maka perkotaan berisiko kolaps karena keberatan dengan lebih dari semiliar mobil," tulisnya dalam kolom yang detikINET kutip dari Wall Street Journal.
Ia menambahkan dalam beberapa dekade ke depan, 2,5 miliar orang di seluruh dunia akan menghuni perkotaan sehingga makin sesak. Transportasi massal adalah bagian penting dari solusi, namun perlu ada alternatif lain. Mengapa tidak memenuhi mobil di jalanan yang kadang kursinya terbuang percuma?
"Kita bisa mencapainya dengan mematuhi pelajaran dari orang tua, yaitu untuk berbagi mainan. Kita perlu menggunakan bentuk transportasi terpopuler di dunia saat ini, mobil, dengan lebih efisien. Dengan memenuhi semua kursi yang ada di mobil, kita bisa membebaskan jalan raya dan memotong ongkos untuk penumpang," sebut Travis.
Ya, Travis meyakini berbagi mobil pribadi dengan penumpang lain yang searah adalah solusi tepat untuk mengatasi kemacetan. Uber sendiri punya layanan semacam itu dengan nama Uber Pool.
"Tentu saja ini bukan ide baru. Namun kita akhirnya memiliki teknologinya, smartphone di saku Anda, yang bisa secara instan memasangkan orang yang menuju arah yang sama di saat yang sama. Jika mendapat kendaraan bisa semudah ini ketimbang harus mencari kunci mobil, mencari arah, menuju mobil dan tempat parkir, kenapa harus punya mobil sendiri?," tambahnya.
Menekan Pengemudi Manusia
Subsidi tinggi bagi pengemudi dikatakan sebagai faktor utama kerugian yang dialami Uber. Maka di masa depan, bukan tak mungkin Kalanick akan perlahan meminimalisir peran para pengemudi Uber. Sebab meski punya banyak uang dari investor, Uber tak bisa terus rugi.
Itu sudah mereka mulai dengan akusisisi Otto, kendaraan yang bisa melaju otomatis tanpa bantuan sopir. Walaupun belakangan digugat Google, tetap saja ambisi Uber akan mobil otonom sangat besar.
Spekulasi ini seolah diperkuat pernyataan Engineering Director Uber kepada Bloomberg yang mengatakan tujuan mobil otonom adalah secara bertahap 'menyapih' Uber dari operasional menggunakan sopir.
Dalam wawancara dengan Business Insider, Kalanick membantah spekulasi tersebut. Dikatakannya, menambahkan mobil otonom ke layanan Uber tidak akan menghilangkan kebutuhan akan manusia.
"Karena ada tempat-tempat di mana mobil otonom tidak bisa melaluinya, atau kondisi yang tidak memungkinkan sebuah mobil otonom untuk digunakan," kata Kalanick seperti dikutip dari Business Insider.
Memang enurunkan jumlah pengemudi manusia memerlukan proses yang cukup panjang, sehingga tidak akan segera terjadi dalam waktu dekat. Namun di sisi lain ia seolah mengatakan, walau mungkin butuh waktu panjang, pengemudi manusia pada akhirnya tak banyak dibutuhkan lagi. (fyk/fyk)
"Kecuali kita mengimajinasikan kembali dengan cepat soal transportasi urban, maka perkotaan berisiko kolaps karena keberatan dengan lebih dari semiliar mobil," tulisnya dalam kolom yang detikINET kutip dari Wall Street Journal.
Ia menambahkan dalam beberapa dekade ke depan, 2,5 miliar orang di seluruh dunia akan menghuni perkotaan sehingga makin sesak. Transportasi massal adalah bagian penting dari solusi, namun perlu ada alternatif lain. Mengapa tidak memenuhi mobil di jalanan yang kadang kursinya terbuang percuma?
"Kita bisa mencapainya dengan mematuhi pelajaran dari orang tua, yaitu untuk berbagi mainan. Kita perlu menggunakan bentuk transportasi terpopuler di dunia saat ini, mobil, dengan lebih efisien. Dengan memenuhi semua kursi yang ada di mobil, kita bisa membebaskan jalan raya dan memotong ongkos untuk penumpang," sebut Travis.
Ya, Travis meyakini berbagi mobil pribadi dengan penumpang lain yang searah adalah solusi tepat untuk mengatasi kemacetan. Uber sendiri punya layanan semacam itu dengan nama Uber Pool.
"Tentu saja ini bukan ide baru. Namun kita akhirnya memiliki teknologinya, smartphone di saku Anda, yang bisa secara instan memasangkan orang yang menuju arah yang sama di saat yang sama. Jika mendapat kendaraan bisa semudah ini ketimbang harus mencari kunci mobil, mencari arah, menuju mobil dan tempat parkir, kenapa harus punya mobil sendiri?," tambahnya.
Menekan Pengemudi Manusia
Subsidi tinggi bagi pengemudi dikatakan sebagai faktor utama kerugian yang dialami Uber. Maka di masa depan, bukan tak mungkin Kalanick akan perlahan meminimalisir peran para pengemudi Uber. Sebab meski punya banyak uang dari investor, Uber tak bisa terus rugi.
Itu sudah mereka mulai dengan akusisisi Otto, kendaraan yang bisa melaju otomatis tanpa bantuan sopir. Walaupun belakangan digugat Google, tetap saja ambisi Uber akan mobil otonom sangat besar.
Spekulasi ini seolah diperkuat pernyataan Engineering Director Uber kepada Bloomberg yang mengatakan tujuan mobil otonom adalah secara bertahap 'menyapih' Uber dari operasional menggunakan sopir.
Dalam wawancara dengan Business Insider, Kalanick membantah spekulasi tersebut. Dikatakannya, menambahkan mobil otonom ke layanan Uber tidak akan menghilangkan kebutuhan akan manusia.
"Karena ada tempat-tempat di mana mobil otonom tidak bisa melaluinya, atau kondisi yang tidak memungkinkan sebuah mobil otonom untuk digunakan," kata Kalanick seperti dikutip dari Business Insider.
Memang enurunkan jumlah pengemudi manusia memerlukan proses yang cukup panjang, sehingga tidak akan segera terjadi dalam waktu dekat. Namun di sisi lain ia seolah mengatakan, walau mungkin butuh waktu panjang, pengemudi manusia pada akhirnya tak banyak dibutuhkan lagi. (fyk/fyk)
Sumber
0 Response to "Walau Kontroversial, CEO Uber Penuh Ide Brilian"
Post a Comment