Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol Penggembira



Jakarta - Siapa tidak kenal Nintendo? Produsen game raksasa Jepang ini bisa dibilang menjadi rajanya industri game konsol di era tahun 80 hingga 90an dengan segudang game ikonik yang membekas di hati anak-anak pada saat itu.

Meski begitu, pamor Nintendo perlahan mulai meredup, dari yang tadinya nomor wahid, bergeser menjadi nomor tiga, setelah Sony dan Microsoft. Karenanya, di tengah persaingan sengit antara PlayStation dan Xbox, Nintendo memilih untuk adem ayem.

Maksud adem-ayem di sini adalah produsen game raksasa asal Jepang ini sepertinya memilih untuk tidak ikut dalam perang yang tercipta antara Sony dengan Microsoft. Meski demikian, tidak bisa dibilang juga bahwa Nintendo menyerah dalam industri ini.

Sebagai pembuktian, Nintendo berusaha mencoba untuk menciptakan sesuatu yang mungkin bisa disebut berbeda dari yang sudah ada saat ini. Sesuatu yang tidak masuk dalam hitungan, tapi tetap asyik untuk dimainkan.

Ide ini sejatinya sudah diterapkan sejak era Wii, Wii U, di mana permainan yang dihadirkan memang berbeda dari dua perangkat konsol populer. Dan kini Nintendo kembali mencoba untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda namun asyik dimainkan, yakni Switch.

Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol PenggembiraFoto: afr/detikINET
Diluncurkan tepat pada tanggal 3 Maret 2017, Nintendo membanderol perangkat ini dengan harga USD 300 atau sekitar Rp 4 juta dengan kurs yang ada saat ini (Rp 13.300). Namun, dalam pantauan detikINET di sejumlah toko game di Indonesia, harga perangkat gamin konsol ini menjadi melambug tinggi, di kisaran Rp 6 jutaan.

Setelah melalui proses pre-order yang cukup lama, akhirnya konsol ini tiba di tangan detikINET. Lalu bagaimana kesan-kesan memainkan Switch? Berikut hands-on dari detikINET!

Desain Simple

Dari sisi desain, Switch terlihat seperti tablet pada umumnya, walaupun bila melihat dari ukuran layar Switch sejatinya tidak bisa disebut sebagai tablet. Dengan layar sentuh kapasitif berukuran 6,2 inch (720p), Switch lebih pantas disebut sebagai phablet (phone-tablet) yang sempat tren beberapa tahun lalu.

Bila dibandingkan, memang ukurannya mirip dengan Sony Xperia Z3 Ultra, hanya saja lebih kecil sedikit 0,2 inch. Sementara layarnya berukuran 6,2 inch, diameter keseluruhan Switch mencapai 9,41 inch dengan lebar mencapai 4,02 inch dan ketebalan 0,55 inch.

Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol PenggembiraFoto: afr/detikINET
Seperti yang sudah dikatakan, Switch terlihat seperti tablet biasa. Namun kesan tablet ini sirna dan menjadi berbeda ketika kontroler Joy-Con disematkan di kedua sisi. Hal ini langsung mengubah pandangan dan membuat Switch terlihat seperti konsol gaming.

Bicara bobot, Switch memiliki bobot sekitar 297 gram. Dari pengalaman detikINET ketika menggenggam, Switch memiliki bobot yang ringan, baik ketika kedua Joy-Con dilepas atau dipasangkan di kedua sisi. Meski ringan, menggenggam Switch terasa solid.

Di sisi kanan dan kiri Switch terdapat slot untuk memasang kontroler Joy-Con. Memasangnya pun cukup mudah, yakni memasukkan dari atas hingga terdengar bunyi klik. Begitupula dengan melepas, di mana Anda cukup menekan tombol kecil di bagian belakang kontroler.

Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol PenggembiraFoto: afr/detikINET
Beranjak ke sisi atas, terdapat tombol power di samping kiri berdekatan dengan tombol volume up/down. Bergeser ke arah kanan terdapat lubang yang sepertinya berfungsi sebagai sirkulasi udara. Lubang ini berdekatan dengan port jack audio 3,5 mm dan slot untuk memasukan cartridge game.

Beranjak ke sisi belakang, Anda akan menemukan logo Nintendo Switch yang besar. Adapula kickstand yang berfungsi sebagai penopang ketika menjadi mode tablet dan lubang speaker yang cukup besar, terbagi antara kiri dan kanan. Sementara slot microSD bisa Anda temukan di bawah kickstand. Terakhir di sisi bawah, Anda akan menemukan lubang port USB Type-C

Tiga Cara Asyik Memainkan Switch

Di awal pengumumannya, Switch disebut-sebut sebagai konsol hybrid. Ini artinya Switch bisa dimainkan dengan tiga mode, yakni konsol, handheld, dan tabletop. Inilah yang kemudian membedakan Switch dengan dua konsol next-gen yang bertarung saat ini.

Mode pertama yang akan kami bahas adalah mode handheld. Untuk menjadikan Switch mode handhled, Anda cukup memasang kontroler Joy-Con di sisi kanan dan kiri. Mode ini membuat Switch tampak seperti perangkat handheld pada umumnya, seperti PS Vita dan Nintendo 3DS. Namun, harus diakui bahwa ukuran Switch lebih bongsor ketimbang dua perangkat handheld yang disebutkan di atas.

Kontroler Joy-Con sendiri terdiri dari sembilan tombol di masing-masing sisi. Bila PlayStation terkenal dengan tombol X, segitiga, lingkaran, dan kotak, maka Nintendo terkenal dengan tombol A, B, X, dan Y di sisi kanan. Adapula tombol berbentuk plus yang dipakai sebagai tombol 'start', tombol analog, dua tombol di atas, dan tak ketinggalan tombol Home.

Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol PenggembiraFoto: afr/detikINET
Sementara di sisi kiri terdapat tombol D-pad atas, bawah, kanan, kiri bersamaan dengan tombol analog, tombol berbentuk minus yang memiliki fungsi sama dengan tombol plus, dua buah tombol di atas, dan tombol untuk sharing. Masing-masing Joy-Con dilengkapi dengan baterai berkapasitas 525 mAh.

Mode handheld biasanya dipakai ketika seseorang beranjak dari rumah. Ketika sedang berada di dalam kendaraan atau sedang asyik bermain sendiri.

Selain mode handheld, mode portable lainnya yang bisa dipakai ketika Anda bepergian adalah mode tabletop. Nintendo menyediakan kickstand untuk menopang Switch yang terletak di bagian belakang. Berbeda dengan mode handheld, untuk memainkan mode ini Anda harus melepas dua Joy-Con yang menempel di kiri dan kanan perangkat.

Ketika terlepas, Joy-Con bisa dimainkan dengan menggenggam bak remote atau memasang dengan grip Joy-Con yang hadir di dalam paket pembelian. Sebagai contoh ketika memainkan game 1-2 Switch, Joy-Con bisa dipakai secara terpisah dan memainkannya bersama dengan teman.

Namun, apabila bermain The Legend of Zelda: Breath of the Wild, Anda bisa memanfaatkan grip atau bila Anda ingin keluar modal, bisa membeli Pro Controller yang dijual seharga Rp 800 ribuan. Sebab, bila bermain tanpa menggunakan grip, Joy-Con akan terasa aneh di tangan, plus menyulitkan.

Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol PenggembiraFoto: afr/detikINET
Karena ukuran layarnya terbilang kecil, maka Anda tidak bisa jauh-jauh memainkan Switch dalam mode ini. Jadi, paling tidak momen yang pas memainkan ini adalah ketika berada di dalam pesawat atau mungkin di meja ketika berada di dalam cafe.

Mode terakhir adalah mode konsol. Nintendo menyematkan docking sebagai perantara Switch ke televisi. Tak cuma menampilkan gambar di layar televisi, docking Switch juga bisa meningkatkan resolusi gambar. Sebagai perbandingan, bila di layar Switch memiliki resolusi 720p, maka ketika di televisi meningkat menjadi 900p.

Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol PenggembiraFoto: afr/detikINET

Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol PenggembiraFoto: afr/detikINET
Tetap masih berada di bawah PlayStation 4 dan Xbox One yang memiliki resolusi 1080p. Dari pengalaman kami ketika menjajal game 1-2 Switch dan Breath of the Wild, grafis yang disodorkan serupa dengan apa yang disodorkan di konsol last-gen.

Opini detikINET

Secara keseluruhan Switch menawarkan pengalaman yang berbeda dari perangkat gaming konsol yang ada. Dari sisi desain, Switch seperti perangkat tablet Android yang beredar saat ini. Itu bila tidak dipasangkan kontroler Joy-Con.

Tapi, bila sudah dipasang Joy-Con, maka Switch berubah menjadi perangkat handheld yang menawan dengan desain yang simple. Sayang, unit yang kami punya berbalut warna hitam dan abu-abu. Padahal, ada satu lagi pilihan warna yang sangat menarik, yakni biru dan merah neon.

Sementara itu untuk urusan grafis, game Switch tidak bisa dibilang wah. Seperti yang kami sebut, pengalaman grafis yang ada seperti yang ditawarkan di konsol era last-gen. Meski begitu, bukan grafis yang diperkarakan oleh Nintendo di Switch.

Melainkan sebuah pengalaman yang berbeda dari konsol next-gen. Pengalaman mobilisasi, bagi mereka yang gemar bepergian entah ke luar kota atau luar negeri.

Dengan bobot 297 gram, menggenggam Switch terasa sangat solid. Walau sedikit berat, namun Anda bisa mengakalinya dengan menggunakan mode tabletop. Sepertinya Nintendo tidak ingin membuat sulit pengalaman bermain secara mobile.

Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol PenggembiraFoto: asj/detikINET
Namun sayangnya, kickstand Switch ini memiliki bahan material yang tipis dan tampak tidak kokoh. Sehingga kami sangsi, ketahanannya akan berlangsung lama. Berbeda jauh dengan kickstand yang ada di sejumlah tablet, seperti casing untuk Microsoft Surface atau iPad.

Kontroler Joy-Con sendiri bisa dimainkan secara terpisah dari perangkat. Namun sayangnya, kontroler tidak dilengkapi dengan sebuah aksesoris yang bisa berfungsi sebagai alat untuk mengisi baterai dari Jpoy-Con. Bahkan grip Joy-Con yang menjadi aksesoris bawaan tidak dik dilengkapi dengan fitur pengisi daya.

Karenanya, apabila baterai sudah habis, maka Anda harus mengisinya dengan cara dislot pada Switch. Hal ini juga berarti Anda tidak dapat memainkan Switch ketika dalam mode docking atau tabletop.

Secara harga, banderolan Switch di Indonesia terbilang sangat mahal. Mungkin Anda yang ingin membelinya bisa mencari opsi lain, dengan membelinya di luar negeri. Harga game yang disodorkan pun terbilang mahal dan belum ada game pamungkas yang dihadirkan.

(mag/yud)


Sumber

0 Response to "Nintendo Switch: Bukan Sekadar Konsol Penggembira"

Post a Comment

ADS-1

ADS-2

ADS-3

ADS-4