Sony A6500 vs Fuji X-T2, Mirrorless APS-C Beda Gaya

Jakarta - Sony A6500 dan Fujifilm X-T2 adalah kamera mirrorless dari dua produsen kamera papan atas yang punya sejumlah kemiripan. Kemiripannya antara lain sensor APS-C 24 megapixel, kemampuan merekam video 4K dan berada di kelas harga yang hampir sama.
Meski demikian, keduanya tetap punya perbedaan selain bentuk bodinya. Berikut ini adalah perbandingan fitur dan kemampuan kedua kamera yang dijual di kisaran harga Rp 20 jutaan ini.
Desain
Kedua kamera ini menganut gaya yang berbeda pada desain bodinya. X-T2 menggunakan gaya ala DSLR dengan punuk pada bagian tengahnya untuk menyimpan electronic viewfinder (EVF).
Sementara A6500 masih sama seperti sejumlah kamera mirrorless lainnya masih menggunakan desain ala rangefinder. Bobot keduanya terpaut sekitar 50 gram, X-T2 lebih berat dengan bobot 507 gram, padahal A6500 punya grip lebih besar yang lebih nyaman digenggam.
Namun di balik bodi yang lebih berat itu, X-T2 punya ketahanan yang lebih kuat. Bodinya terlindung dari bermacam cuaca jelek, termasuk suhu hingga -10 derajat celcius, sementara bodi A6500 hanya tahan terhadap debu dan kelembaban.
Tombol fisik
Di sektor ini, Fuji bisa dibilang lebih unggul dengan kehadiran bermacam tombol fisik yang mempermudah kendali kamera. Sebut saja pengatur shutter speed, ISO, kompensasi exposure, termasuk dua tombol putar pada bagian depan dan belakang.
Lalu ada juga joystick untuk mengatur titik fokus, dan enam tombol custom. Kehadiran tombol-tombol ini membuat penggunanya tak perlu masuk ke dalam menu kamera untuk melakukan pengaturan dasar.
Sementara Sony lebih minimalis dalam penggunaan tombol fisik. Hanya ada tombol putar PSAM, kontrol dan sebuah tombol putar di belakang A6500. Meski begitu, tetap ada 10 tombol custom yang bisa diatur sesuai kebutuhan pengguna.
Layar
Baik X-T2 maupun A6500 mempunyai layar yang bisa ditekuk, meski begitu layar X-T2 bisa ditekuk ke tiga arah, atas-bawah-samping. Sementara A6500 hanya dua arah, yaitu atas dan bawah.
Tak seperti kebanyakan kamera mirrorless di kelas ini, Sony membenamkan layar sentuh ke dalam bodi A6500. Keberadaan layar sentuh ini bisa mempermudah pengguna dalam mengatur titik fokus dengan menyentuh layar, sementara di X-T2 pengaturan titik fokus bisa dilakukan menggunakan joystick di belakang bodi kamera.
IBIS VS OIS
Antara Sony dan Fuji mengambil pendekatan yang berbeda soal image stabilization di A6500 dan X-T2. Sony memilih untuk membenamkan fitur anti getar 5 axis ke dalam bodi kamera, atau populer dengan istilah in body image stabilization (IBIS).
Sementara fitur ini tak ada dalam bodi X-T2. Pengguna X-T2 harus bergantung pada optical image stabilization (OIS) yang ada pada sejumlah lensa Fujinon.
Autofokus
Kedua kamera ini mempunyai kinerja autofokus yang terbilang kelas atas, baik di ranah mirrorless maupun DSLR. Keduanya menerapkan teknologi phase-detect autofokus, juga contrast-detect yang lazim ada kamera mirrorless pada umumnya.
Perbedaan keduanya ada pada jumlah titik autofokus dan peletakannya. X-T2 mempunyai 325 titik autofokus, dengan 91 titik phase-detect yang mencakup 40% bagian tengah sensor kamera.
Sementara A6500 mempunyai 425 titik autofokus phase-detect dengan 169 titik contrast-detect yang tersebar di seluruh bagian sensor. Semuanya itu diatur oleh sistem autofokus milik Sony yang bernama 4D Focus.
Kemampuan rekam video
Sebelum X-T2, videografer dipastikan tak akan melirik mirrorless Fuji, namun sejumlah fitur video anyar di X-T2 mungkin bisa membuat videografer mulai melirik kamera ini.
Ada beberapa mode perekaman yang bisa dipilih, yaitu resolusi 4K dengan frame rate 24, 25 dan 30, serta pada resolusi 1080p dengan frame rate hingga 60fps. Lalu penggunanya juga bisa merekam video dalam profil F-Log Gamma yang mempunyai warna sangat flat, sehingga pengolahan warna di post-production bisa lebih leluasa.
Di sisi lain, A6500 punya lebih banyak keunggulan pada sektor video. Pada resolusi 1080p, pengguna bisa merekam video slow motion mencapai 120fps. A6500 juga bisa merekam video dengan resolusi apa pun dengan durasi maksimal 30 menit, sementara X-T2 hanya bisa merekam dengan durasi setinggi itu dengan kondisi battery grip terpasang.
Pilihan lensa
Pilihan lensa untuk mirrorless APS-C Sony (dengan mounting E-mount) memang bukan yang paling buruk dibandingkan dengan perusahaan lain. Namun tiga tahun terakhir mereka belum merilis lensa baru untuk format ini.
Sony tampaknya lebih memfokuskan diri pada lensa untuk seri A7 yang menggunakan sensor full frame yang menggunakan mounting FE. Lensa FE memang tetap bisa dipasang di kamera dengan E-Mount, dengan catatan adanya crop factor 1,5x dan harga lensa yang tergolong tinggi.
Sementara Fuji selama 4 tahun terakhir sudah memproduksi ekosistem lensa yang terbilang lengkap, termasuk 12 lensa prime dan 9 lensa zoom, yang kebanyakan di antaranya berkualitas tinggi dan memang dibuat untuk kamera dengan sensor APS-C.
Seperti sudah disebutkan di awal, masing-masing memang beda gaya. Keputusan sih ada di tangan ada. (asj/rns)
Meski demikian, keduanya tetap punya perbedaan selain bentuk bodinya. Berikut ini adalah perbandingan fitur dan kemampuan kedua kamera yang dijual di kisaran harga Rp 20 jutaan ini.
Desain
Kedua kamera ini menganut gaya yang berbeda pada desain bodinya. X-T2 menggunakan gaya ala DSLR dengan punuk pada bagian tengahnya untuk menyimpan electronic viewfinder (EVF).
![]() |
![]() |
Tombol fisik
Di sektor ini, Fuji bisa dibilang lebih unggul dengan kehadiran bermacam tombol fisik yang mempermudah kendali kamera. Sebut saja pengatur shutter speed, ISO, kompensasi exposure, termasuk dua tombol putar pada bagian depan dan belakang.
Lalu ada juga joystick untuk mengatur titik fokus, dan enam tombol custom. Kehadiran tombol-tombol ini membuat penggunanya tak perlu masuk ke dalam menu kamera untuk melakukan pengaturan dasar.
Sementara Sony lebih minimalis dalam penggunaan tombol fisik. Hanya ada tombol putar PSAM, kontrol dan sebuah tombol putar di belakang A6500. Meski begitu, tetap ada 10 tombol custom yang bisa diatur sesuai kebutuhan pengguna.
Layar
![]() |
Tak seperti kebanyakan kamera mirrorless di kelas ini, Sony membenamkan layar sentuh ke dalam bodi A6500. Keberadaan layar sentuh ini bisa mempermudah pengguna dalam mengatur titik fokus dengan menyentuh layar, sementara di X-T2 pengaturan titik fokus bisa dilakukan menggunakan joystick di belakang bodi kamera.
IBIS VS OIS
![]() |
Sementara fitur ini tak ada dalam bodi X-T2. Pengguna X-T2 harus bergantung pada optical image stabilization (OIS) yang ada pada sejumlah lensa Fujinon.
Autofokus
![]() |
Perbedaan keduanya ada pada jumlah titik autofokus dan peletakannya. X-T2 mempunyai 325 titik autofokus, dengan 91 titik phase-detect yang mencakup 40% bagian tengah sensor kamera.
Sementara A6500 mempunyai 425 titik autofokus phase-detect dengan 169 titik contrast-detect yang tersebar di seluruh bagian sensor. Semuanya itu diatur oleh sistem autofokus milik Sony yang bernama 4D Focus.
Kemampuan rekam video
Sebelum X-T2, videografer dipastikan tak akan melirik mirrorless Fuji, namun sejumlah fitur video anyar di X-T2 mungkin bisa membuat videografer mulai melirik kamera ini.
Ada beberapa mode perekaman yang bisa dipilih, yaitu resolusi 4K dengan frame rate 24, 25 dan 30, serta pada resolusi 1080p dengan frame rate hingga 60fps. Lalu penggunanya juga bisa merekam video dalam profil F-Log Gamma yang mempunyai warna sangat flat, sehingga pengolahan warna di post-production bisa lebih leluasa.
Di sisi lain, A6500 punya lebih banyak keunggulan pada sektor video. Pada resolusi 1080p, pengguna bisa merekam video slow motion mencapai 120fps. A6500 juga bisa merekam video dengan resolusi apa pun dengan durasi maksimal 30 menit, sementara X-T2 hanya bisa merekam dengan durasi setinggi itu dengan kondisi battery grip terpasang.
Pilihan lensa
Pilihan lensa untuk mirrorless APS-C Sony (dengan mounting E-mount) memang bukan yang paling buruk dibandingkan dengan perusahaan lain. Namun tiga tahun terakhir mereka belum merilis lensa baru untuk format ini.
Sony tampaknya lebih memfokuskan diri pada lensa untuk seri A7 yang menggunakan sensor full frame yang menggunakan mounting FE. Lensa FE memang tetap bisa dipasang di kamera dengan E-Mount, dengan catatan adanya crop factor 1,5x dan harga lensa yang tergolong tinggi.
Sementara Fuji selama 4 tahun terakhir sudah memproduksi ekosistem lensa yang terbilang lengkap, termasuk 12 lensa prime dan 9 lensa zoom, yang kebanyakan di antaranya berkualitas tinggi dan memang dibuat untuk kamera dengan sensor APS-C.
Seperti sudah disebutkan di awal, masing-masing memang beda gaya. Keputusan sih ada di tangan ada. (asj/rns)
Sumber
0 Response to "Sony A6500 vs Fuji X-T2, Mirrorless APS-C Beda Gaya"
Post a Comment