Gaji Kecil, Perempuan Malas 'Jual Diri'

Jakarta - Ada anggapan di masyarakat bahwa karyawan perempuan kerap mendapatkan gaji yang lebih kecil ketimbang laki-laki. Benarkah?
CEO XL Axiata Dian Siswarini tidak menampik hal itu. Tapi menurutnya terkadang penyebabnya adalah perempuan itu sendiri.
"Perempuan terkadang ragu-ragu untuk 'menjual dirinya'," kata Dian saat berbicara di acara Kartini Masa Kini yang digelar detikcom di Rumah Maroko, Jakarta, Kamis malam (20/4/2017).
Dian menekankan perusahaan sejatinya tidak membedakan gaji laki-laki maupun perempuan. Tapi pada saat negoisasi gaji, perempuan agak malu-malu untuk menawar.
"Saya punya kemampuan segini, saya harus dihargain sekian. Harusnya lebih percaya diri, sehingga biasanya gaji awal jadi perbeda. Jadi bukan karena perusahaan memberikan perlakuan khusuk. Tapi wanita itu sendiri kurang bisa menjual dirinya," papar perempuan kelahiran Majalengka, 5 Mei 1968 ini.
Ia pun mengkritik banyak perempuan yang memilih bekerja tapi kurang maksimal. Dicontohkan saat menaiki tangga kotporasi untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi lagi, mereka suka merasa ragu-ragu.
"Banyak yang merasa kalo untuk bersaing takut dinilai ambisius. Merasa jika ada persaingan timbul rasa tidak enakan," ungkap perempuan lulusan Teknik Elektro ITB ini.
Ia pun mengajak untuk kaum hawa yang telah bekerja untuk mengoptimalkan kemampuannya. "Karena kita memutuskan untuk bekerja, harus optimum di situ," tegas Dian. (afr/fyk)
CEO XL Axiata Dian Siswarini tidak menampik hal itu. Tapi menurutnya terkadang penyebabnya adalah perempuan itu sendiri.
"Perempuan terkadang ragu-ragu untuk 'menjual dirinya'," kata Dian saat berbicara di acara Kartini Masa Kini yang digelar detikcom di Rumah Maroko, Jakarta, Kamis malam (20/4/2017).
Dian menekankan perusahaan sejatinya tidak membedakan gaji laki-laki maupun perempuan. Tapi pada saat negoisasi gaji, perempuan agak malu-malu untuk menawar.
"Saya punya kemampuan segini, saya harus dihargain sekian. Harusnya lebih percaya diri, sehingga biasanya gaji awal jadi perbeda. Jadi bukan karena perusahaan memberikan perlakuan khusuk. Tapi wanita itu sendiri kurang bisa menjual dirinya," papar perempuan kelahiran Majalengka, 5 Mei 1968 ini.
Ia pun mengkritik banyak perempuan yang memilih bekerja tapi kurang maksimal. Dicontohkan saat menaiki tangga kotporasi untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi lagi, mereka suka merasa ragu-ragu.
"Banyak yang merasa kalo untuk bersaing takut dinilai ambisius. Merasa jika ada persaingan timbul rasa tidak enakan," ungkap perempuan lulusan Teknik Elektro ITB ini.
Ia pun mengajak untuk kaum hawa yang telah bekerja untuk mengoptimalkan kemampuannya. "Karena kita memutuskan untuk bekerja, harus optimum di situ," tegas Dian. (afr/fyk)
Sumber
0 Response to "Gaji Kecil, Perempuan Malas 'Jual Diri'"
Post a Comment