Anak Muda Lebih Sering Mengumbar Privasi di Media Sosial

Jakarta - Berbagi segala hal di media sosial sudah menjadi kebiasaan masyarakat dewasa ini. Namun dibanding pengguna dewasa, mereka yang berusia muda lebih sering mengumbar privasinya.
Hal itu terungkap dari hasil penelitian Kaspersky Lab bertajuk My Precious Data: Stranger Danger. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengulas kebiasaan berbagi data para pengguna internet.
Dari penelitian tersebut, Kaspersky Lab mendapati betapa banyaknya data-data pribadi yang dibagikan pengguna internet di ranah publik.
Mayoritas pengguna (93%) berbagi informasi secara digital, dengan 70% berbagi foto dan video anak-anak mereka dan 45% berbagi video serta foto-foto pribadi yang sensitif kepada orang lain.
Kebiasaan ini bahkan lebih buruk di kalangan anak muda. Penelitian mendapati 61% dari mereka yang berusia 16-24 mengakui kerap untuk berbagi foto pribadi dan sensitif tentang diri mereka dengan orang lain.
Hal yang mengkhawatirkan lagi hampir setengah (44%) pengguna internet menjadikan data milik mereka dapat diakses publik. Satu dari lima pengguna internet mengakui bahwa mereka berbagi data-data sensitif dengan orang yang tidak mereka kenal baik, dan dengan orang asing.
Mereka mengakui kondisi tersebut membatasi kemampuannya dalam mengendalikan bagaimana data sensitif tersebut digunakan. Hal ini berarti, pengguna mengekspos diri mereka kepada pencurian identitas atau serangan finansial dengan membagikan rincian keuangan dan pembayaran (37%), pemindaian paspor, surat ijin mengemudi dan dokumen pribadi lainnya (41%) atau kata sandi (30%).
Penelitian tersebut menemukan bahwa pengguna internet tidak hanya berbagi data, mereka juga berbagi perangkat untuk menyimpan data-data berharga milik mereka. Sebenarnya, satu dari sepuluh (10%) pengguna bahkan membagikan PIN untuk mengakses perangkat mereka dengan orang
asing.
Lalu ada satu dari lima (22%) pengguna membiarkan perangkat mereka tidak terkunci dan tidak diawasi ketika berada di tengah sekelompok orang. Serta hampir seperempat (23%) pengguna memberikan perangkat mereka kepada orang lain untuk digunakan selama beberapa waktu.
"Berbagi data pribadi dengan orang lain dan perusahaan merupakan kebiasaan yang sangat berbahaya jika terus dibiarkan. Ketika menekan tombol berbagi, itu berarti Anda menyerahkan kendali atas data tersebut. Karena Anda tidak dapat memastikan kemana data dibagikan, dan bagaimana penggunaannya," kata Andrei Mochola, Head of Consumer Business Kaspersky Lab dalam keterangan resmi yang diterima detikINET, Sabtu (3/6/2017).
"Meskipun benar-benar tidak realistis untuk mengharapkan pengguna internet berhenti berbagi foto, informasi pribadi dan informasi lainnya satu sama lain, kami mendorong pengguna untuk berpikir dua kali sebelum mereka berbagi informasi penting secara terbuka untuk umum. Kami juga mendorong semua pengguna Internet untuk menerapkan langkah- langkah keamanan untuk melindungi data mereka, dan privasi mereka, jika perangkat atau data mereka jatuh ke tangan yang salah," pungkas Andrei. (afr/afr)
Hal itu terungkap dari hasil penelitian Kaspersky Lab bertajuk My Precious Data: Stranger Danger. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengulas kebiasaan berbagi data para pengguna internet.
Dari penelitian tersebut, Kaspersky Lab mendapati betapa banyaknya data-data pribadi yang dibagikan pengguna internet di ranah publik.
Mayoritas pengguna (93%) berbagi informasi secara digital, dengan 70% berbagi foto dan video anak-anak mereka dan 45% berbagi video serta foto-foto pribadi yang sensitif kepada orang lain.
Kebiasaan ini bahkan lebih buruk di kalangan anak muda. Penelitian mendapati 61% dari mereka yang berusia 16-24 mengakui kerap untuk berbagi foto pribadi dan sensitif tentang diri mereka dengan orang lain.
![]() |
Hal yang mengkhawatirkan lagi hampir setengah (44%) pengguna internet menjadikan data milik mereka dapat diakses publik. Satu dari lima pengguna internet mengakui bahwa mereka berbagi data-data sensitif dengan orang yang tidak mereka kenal baik, dan dengan orang asing.
Mereka mengakui kondisi tersebut membatasi kemampuannya dalam mengendalikan bagaimana data sensitif tersebut digunakan. Hal ini berarti, pengguna mengekspos diri mereka kepada pencurian identitas atau serangan finansial dengan membagikan rincian keuangan dan pembayaran (37%), pemindaian paspor, surat ijin mengemudi dan dokumen pribadi lainnya (41%) atau kata sandi (30%).
Penelitian tersebut menemukan bahwa pengguna internet tidak hanya berbagi data, mereka juga berbagi perangkat untuk menyimpan data-data berharga milik mereka. Sebenarnya, satu dari sepuluh (10%) pengguna bahkan membagikan PIN untuk mengakses perangkat mereka dengan orang
asing.
Lalu ada satu dari lima (22%) pengguna membiarkan perangkat mereka tidak terkunci dan tidak diawasi ketika berada di tengah sekelompok orang. Serta hampir seperempat (23%) pengguna memberikan perangkat mereka kepada orang lain untuk digunakan selama beberapa waktu.
"Berbagi data pribadi dengan orang lain dan perusahaan merupakan kebiasaan yang sangat berbahaya jika terus dibiarkan. Ketika menekan tombol berbagi, itu berarti Anda menyerahkan kendali atas data tersebut. Karena Anda tidak dapat memastikan kemana data dibagikan, dan bagaimana penggunaannya," kata Andrei Mochola, Head of Consumer Business Kaspersky Lab dalam keterangan resmi yang diterima detikINET, Sabtu (3/6/2017).
"Meskipun benar-benar tidak realistis untuk mengharapkan pengguna internet berhenti berbagi foto, informasi pribadi dan informasi lainnya satu sama lain, kami mendorong pengguna untuk berpikir dua kali sebelum mereka berbagi informasi penting secara terbuka untuk umum. Kami juga mendorong semua pengguna Internet untuk menerapkan langkah- langkah keamanan untuk melindungi data mereka, dan privasi mereka, jika perangkat atau data mereka jatuh ke tangan yang salah," pungkas Andrei. (afr/afr)
Sumber
0 Response to "Anak Muda Lebih Sering Mengumbar Privasi di Media Sosial"
Post a Comment