Komitmen Investasi Vivo cs Disanjung Kemenperin

Jakarta - Komitmen investasi yang dilakukan oleh Vivo dan vendor smartphone asing lainnya dalam bentuk pembangunan pabrik maupun pusat riset (R&D center) di Indonesia mendapat apresiasi dari Kementerian Perindustrian.
Apresiasi itu disampaikan langsung oleh Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, saat berbincang dengan detikINET, Jumat (5/5/2017).
Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh Vivo dkk dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi ponsel 4G dan pusat riset pengembangan telah ikut membuka lapangan kerja baru dan peningkatan mutu SDM lokal.
"Selain menambah investasi, mereka juga menciptakan lapangan kerja untuk pengembang-pengembang software di Indonesia. Terima kasih atas dukungannya," ujar Dirjen Putu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Vivo telah memenuhi komponen lokal yang diwajibkan pemerintah dalam aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 65/2016.
Dalam kebijakan TKDN itu, seluruh vendor ponsel yang memasarkan smartphone 4G diwajibkan untuk memuat konten lokal minimal 30%, terhitung sejak 1 Januari 2017. Namun, Vivo melalui pabriknya di Cikupa, Tangerang, Banten, malah sudah memenuhi 32% dari yang diminta.
Tak hanya itu, Vivo juga berencana untuk membuka satu pabrik lagi di akhir 2017 ini. Target mereka adalah menggenjot TKDN jadi 40% di 2018 nanti. Selain itu, Vivo juga berencana menghadirkan R&D center di Indonesia.
R&D center yang akan dibangun di Indonesia ini akan menjadi yang kedelapan di dunia. Sebelumnya, Vivo telah membangun tujuh pusat riset itu di Beijing, Shenzhen, Hanzou, Nanjing, Chang'an di China, serta San Diego dan Sillicon Valley di Amerika Serikat.
Pembangunan pusat R&D beserta dua pabriknya di Indonesia, memang sengaja dipersiapkan oleh Vivo. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar smartphone di negeri ini, tapi bahkan di Asia Tenggara.
"Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai salah satu kiblat untuk tren teknologi smartphone di Asia Tenggara," jelas Peter Wang, Brand Director Vivo Mobile Indonesia.
Inisatif inilah yang kemudian mendapat apresiasi dan sanjungan dari Kementerian Perindustrian. Pasalnya, menurut Dirjen Putu, pertumbuhan pasar ponsel di Indonesia sangat tinggi.
"Saat ini pasar ponsel di Indonesia sekitar 50 juta per tahun. Itu sebabnya harus diupayakan agar memberi manfaat bagi pertumbuhan industri hardware dan software di Indonesia," harapnya. (rou/rou)
Apresiasi itu disampaikan langsung oleh Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, saat berbincang dengan detikINET, Jumat (5/5/2017).
Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh Vivo dkk dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi ponsel 4G dan pusat riset pengembangan telah ikut membuka lapangan kerja baru dan peningkatan mutu SDM lokal.
![]() |
"Selain menambah investasi, mereka juga menciptakan lapangan kerja untuk pengembang-pengembang software di Indonesia. Terima kasih atas dukungannya," ujar Dirjen Putu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Vivo telah memenuhi komponen lokal yang diwajibkan pemerintah dalam aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 65/2016.
Dalam kebijakan TKDN itu, seluruh vendor ponsel yang memasarkan smartphone 4G diwajibkan untuk memuat konten lokal minimal 30%, terhitung sejak 1 Januari 2017. Namun, Vivo melalui pabriknya di Cikupa, Tangerang, Banten, malah sudah memenuhi 32% dari yang diminta.
![]() |
Tak hanya itu, Vivo juga berencana untuk membuka satu pabrik lagi di akhir 2017 ini. Target mereka adalah menggenjot TKDN jadi 40% di 2018 nanti. Selain itu, Vivo juga berencana menghadirkan R&D center di Indonesia.
R&D center yang akan dibangun di Indonesia ini akan menjadi yang kedelapan di dunia. Sebelumnya, Vivo telah membangun tujuh pusat riset itu di Beijing, Shenzhen, Hanzou, Nanjing, Chang'an di China, serta San Diego dan Sillicon Valley di Amerika Serikat.
Pembangunan pusat R&D beserta dua pabriknya di Indonesia, memang sengaja dipersiapkan oleh Vivo. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar smartphone di negeri ini, tapi bahkan di Asia Tenggara.
"Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai salah satu kiblat untuk tren teknologi smartphone di Asia Tenggara," jelas Peter Wang, Brand Director Vivo Mobile Indonesia.
Inisatif inilah yang kemudian mendapat apresiasi dan sanjungan dari Kementerian Perindustrian. Pasalnya, menurut Dirjen Putu, pertumbuhan pasar ponsel di Indonesia sangat tinggi.
"Saat ini pasar ponsel di Indonesia sekitar 50 juta per tahun. Itu sebabnya harus diupayakan agar memberi manfaat bagi pertumbuhan industri hardware dan software di Indonesia," harapnya. (rou/rou)
Sumber
0 Response to "Komitmen Investasi Vivo cs Disanjung Kemenperin"
Post a Comment