'Jangan Paksa Masyarakat Tinggalkan 2G'



Jakarta - Walau ponsel 3G dan 4G sudah beredar luas, masih banyak masyarakat Indonesia yang tetap bertahan menggunakan ponsel 2G.

Sebagai operator telekomunikasi dengan basis pelanggan terbanyak di 2G, Telkomsel mencoba untuk memberikan tanggapan.

Seperti yang pernah disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, pengguna 2G di Indonesia masih berada di kisaran 30% dari total pelanggan seluler di Indonesia.

Jumlah ini pun dinilai akan berkurang dan pada puncaknya di tahun 2019, ketika Palapa Ring rampung maka pelanggan 2G akan sirna.

Sirna yang dimaksud Rudiantara adalah ketika harga ponsel 4G sudah murah dan jaringan 4G sudah merata maka mau tak mau pelanggan akan meninggalkan 2G.

Pendapat ini coba diakomodir oleh Ericsson beberapa waktu lalu, dimana menurutnya penggunaan 2G sebaiknya tetap ada.

Hanya saja, penggunaan 2G nantinya lebih dikhususkan untuk telepon dan SMS. Sementara ketika ingin mengakses data, pengguna bisa mengandalkan 3G dan 4G.

Pernyataan oleh Ericsson ini diamini oleh VP Next Generation Network Telkomsel, Ivan Cahya Purnama. Menurutnya pemerintah wajib menghormati pengguna 2G di Indonesia, dimana bila ingin melakukan penataan 2G, maka harus dilakukan secara komprehensif.

"Pemerintah tidak bisa serta merta mewajibkan masyarakat yang masih menggunakan 2G beralih ke 3G atau 4G. Harus dilakukan secara perlahan, seperti misalnya menghentikan keran impor ponsel 2G ke Indonesia," papar Ivan ditemui di kantor Telkomsel, Rabu (5/4/2017).

Dengan mandeknya pasokan ponsel 2G, mau tidak mau maka pengguna akan butuh ponsel, dan di situlah ponsel 3G dan 4G masuk.

Seperti disebut di awal, Telkomsel merupakan operator dengan basis pengguna 2G terbesar di Indonesia. Dari data per bulan Desember 2016, jumlah pelanggan 2G Telkomsel masih sekitar 65% dari total pelanggan 157,6 juta. (mag/rou)


Sumber

0 Response to "'Jangan Paksa Masyarakat Tinggalkan 2G'"

Post a Comment

ADS-1

ADS-2

ADS-3

ADS-4